Korban Keraton Agung Sejagad Perlu Pendampingan Psikologi

Korban Keraton Agung Sejagad Perlu Pendampingan Psikologi

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO – Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagad, Totok Santoso dan Fanny Aminadia, dinilai memiliki kemampuan persuasif yang bagus. Itu sebabanya, ratusan orang akhirnya terpedaya dengan menjadi anggota keraton abal-abal yang berpusat di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo itu.

"Bisa jadi pelaku (raja dan ratu) memiliki kemampuan persuasif yang bagus. Juga karena dapat membuat para korban percaya dengan janji yang disampaikan pelaku," kata Wanodya Kusumastuti, dosen Prodi Pasikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Purworejo, kepada koranbernas.id, Selasa (21/1/2020).

Menurut Wanodya, raja dan ratu memiliki motif untuk mendapatkan pengakuan dan dorongan berkuasa. Itu sebabnya mereka kemudian merekrut pengikut. Sayangnya, cara berkuasa yang ditempuh Totok dan Fanny dilakukan dengan tidak tepat karena ada motif ekonomi.

Raja dan ratu Keraton Agung Sejagad (KAS) tersebut menghimpun pengikut dengan iming-iming imbalan besar. Para korban yang begitu percaya dengan raja dan ratu, yakin bahwa janji percairan dana dari Bank Swis akan terealisasi

Namun, Wanodya mengingatkan tentang kekecewaan para pengikut keraton ketika imbalan yang dijanjikan raja dan ratu itu akhirnya tidak terbukti. Ketidakpastian akan kembalinya uang korban, menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan dan kehidupannya.

Untuk itu Wanodya sangat setuju jika Pemkab Purworejo memberikan pendampingan terhadap pengikut KAS. "Kami tim Psikologi dibawah Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jateng, sudah mendapatkan konfirmasi untuk mendampingan para korban. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah korban terindikasi gangguan jiwa atau tidak,” katanya.

 

Dinas Kesehatan Purworejo membuka pelayanan screening bagi anggota KAS. Kepala Dinas Kesehatan Purworejo, Sudarmi, mengatakan pihaknya akan memfasilitasi 66 warga Purworejo yang terindikasi pengikut KAS. Mereka berada di Kecamatan Bayan, Kutoarjo, Kemiri, Loano, Grabag, Ngombol, Banyuurip dan Purworejo.

"Kami akan membuka posko layanan screening di 8 kecamatan. Karena, di 8 kecamatan tersebut terindikasi terdapatnya para pengikut keraton, mengalami gangguan psikologi atau tidak. Jika positif, akan kami rujuk ke RSUD Tjitrowardoyo," jelas Sudarmi.

Kepada koranbernas.id, Selasa (21/1/2020), Sudarmi menerangkan posko layanan screening sudah dibuka sejak Senin (20/1/2020). "Jika posko sepi, alias tidak dikunjungi korban. Maka kami akan melakukan cara proaktif, dengan mengunjungi para korban," papar Kadinkes Purworejo. (eru)