Kulonprogo Butuh Air Lebih Banyak untuk Bandara

Kulonprogo Butuh Air Lebih Banyak untuk Bandara

KORANBERNAS.ID – Seiring beroperasinya Yogyakarta International Airport (YIA), Kabupaten Kulonprogo hampir pasti membutuhkan air lebih banyak lagi.

“Suatu saat kami butuh air lebih banyak. Sudah ada permintaan tambahan suplai, kami kewalahan,” ungkap Jumantono dari PDAM Kulonprogo.

Aspirasi itu dia sampaikan saat menghadiri public hearing Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Perusahaan Umum Daerah Air Bersih (PDAB) di DPRD DIY, Kamis (28/11/2019).

Pihaknya menyambut baik pendirian PDAB yang sedang dibahas oleh DPRD DIY. Bahkan dia minta agar dipercepat.

Jika mundur maka PDAM Kulonprogo bergerak sendiri demi mencukupi suplai air dengan cara membangun sumur cadangan dan tahun ini harus terealisasi.

Menanggapi desakan itu, ditambah lagi adanya kekhawatiran pelanggan PDAM beralih ke PDAB, Imam Priyono selaku Ketua Panitia Khusus (Pansus) raperda tersebut menegaskan PDAB hanya melayani kawasan industri dan bandara baru.

Artinya, bukan menyasar segmen pelanggan yang selama ini digarap oleh PDAM setempat.

Dari mana suplai air PDAB? Mantan Direktur PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta itu menyampaikan, pasokan air diambil dari SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) Regional Kamijoro di perbatasan Bantul dan Kulonprogo.

Fredy Normadian dari UGM selaku tim penyusun raperda tersebut kepada wartawan mengatakan, sudah saatnya Pemda DIY berpikir ke depan.

PDAB dibutuhkan karena jumlah penduduk di provinsi ini dipastikan bertambah. Keberadaan YIA diyakini akan menumbuhkan industri-industri baru.

“Dengan adanya bandara pasti akan membuat kegiatan ekonomi tumbuh. Kebutuhan air bersih semakin meningkat,” kata dia.

Selama ini air bersih dikelola oleh PDAM. Proyeksi ke depan kapasitas air berkurang karena itu harus ada penambahan.

“Itu sudah diantisipasi oleh pemerintah pusat dan daerah berupa pembangunan SPAM Regional untuk suplai air baku lintas kabupaten,” jelasnya.

PDAM memang memiliki sumber air sendiri namun atas nama kebutuhan mereka kemudian berpikir desentralisasi.

“Seperti Sleman punya sumber mata air dari Gunung Merapi, tapi iki ming cukup nggo kabupatenku thok wegah tak kirim neng Yogyakarta,” ujarnya mencontohkan.

Kebutuhan air masih cukup namun demikian Pemda DIY tidak boleh hanya berpikir sekarang. “Tahun 2021 harus ada penambahan kapastitas supaya tidak terjadi gap,” kata dia. (sol)