Larangan Mudik Dicabut, Peminat KRL Melonjak

Larangan Mudik Dicabut, Peminat KRL Melonjak

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Antusiasme masyarakat Yogyakarta dan Solo terhadap Kereta Rel Listrik (KRL) terus meningkat. Moda transportasi baru ini menjadi pilihan lain bagi pelaju yang biasa menggunakan Kereta Prambanan Ekspres (Prameks).

KRL yang beroperasi sejak 10 Februari 2021 ini sempat turun peminat saat lebaran hingga Waisak pekan lalu. Pengetatan pelaku perjalanan antar wilayah dan larangan mudik menjadi salah satu penyebabnya. Kini euphoria berwisata seperti tak terbendung.

Ironisnya, ancaman terpapar Covid-19 yang kian tinggi tidak menyurutkan keinginan sebagian masyarakat ini untuk bepergian. Dalam sehari, sektiar 9.000 hingga 12 ribu tiket KRL Yogyakarta-Solo ludes terbeli.

"Hari ini tadi saja, dari pagi sampai siang ada sekitar 4.000 tiket krl terjual. Diperkirakan sampai malam ini bisa dua sampai tiga kali lipat," ujar Anne Purba, VP Corporate Secretary KAI Commuter kepada wartawan di Stasiun Tugu Yogyakarta, Sabtu (29/05/2021) petang.

Menurut Anne, usai dicabutnya larangan mudik dan normalnya kembali aktivitas warga membuat KRL diserbu pemudik maupun wisatawan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap hari KAI menyediakan 20 rute keberangkatan untuk mengantisipasi membludaknya penumpang.

Tapi bukan sekedar memenuhi kebutuhan masyarakat akan moda transportasi alternatif. Memenuhi standar ptotokol kesehatan bagi semua adalah yang utama. Untuk itu ada batasan maksimal jumlah penumpang di tiap gerbong KRL di masa pandemi Covid-19 ini.

"Maksimal penumpang dalam satu gerbong KRL adalah 74 orang, dan 84 orang untuk jenis gerbong yang besar. Jika dulu [sebelum pandemi] motto kita mengangkut penumpang sebanyak-banyaknya, saat pandemi ini kita mengangkut sedikit mungkin. Karena kesehatan adalah yang utama," kata Dia.

Selain itu lanjut Anne, segala macam rekayasa keberangkatan juga menjadi pekerjaan penting. Tak lain agar tidak terjadi penumpukan calon penumpang di stasiun. Rekayasa teraebut termasuk penambahan rute perjalanan. Jika sebelumnya sebanyak 4 rute perjalanan per harinya. Kini sebanyak 8 KRL digunakan untuk mengangkut penumpang dalam 20 kali rute perjalanan.

"Stasiun tugu paling tinggi penggunaan krl, bisa mencapai lebih dari 12 ribu per hari. Ini butuh kerjasama yang baik agar protokol kesehatan bisa diterapkan," jelasnya.

Sementara Senior Manager Wilayah VI KAI Commuter Sitindaon Satar menambahkan, saat ini sebanyak 60 persen pengguna KRL menggunakan Kartu Multi Trip (KMT) . Sekitar 7 ribu KMT sudah terjual sampai saat ini di Yogyakarta. Selain itu terdapat 21 persen pengguna kartu elektronik bank dan 19 persen pengguna dengan QR Code.

Layanan KRL Yogyakarta-Solo saat ini seluruhnya sudah dilayani menggunakan tiga rangkaian KRL. Satu rangkaian tersebut terdiri dari stamformasi (SF) 8 kereta. Berbeda saat awal beroperasinya dulu, hanya satu rangkaian yang terdiri dari delapan kereta, sedangkan dua lainnya hanya terdiri dari empat kereta.

"Dengan penambahan panjang rangkaian krl ini, kapasitas pengguna yang dapat dilayani lebih banyak dan penerapan physical distancing atau jaga jarak aman antara pengguna bisa lebih maksimal," tandasnya.(*)