Masih Bergantung Impor, Peternak Ayam Buat Wadah Agar Mandiri

Masih Bergantung Impor, Peternak Ayam Buat Wadah Agar Mandiri

KORANBERNAS ID, SLEMAN -- Negara Indonesia ini adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas hingga Pulau Rote. Dengan kekayaan yang ada di darat dan di laut bak kolam susu. Semua ada, namun ironisnya pada beberapa lini kehidupan ekonomi, Indonesia masih sebagai konsumen, belum menjadi produsen.

Tak terkecuali peternak ayam kampung. Permasalahan mereka banyak dan klasik, merata hampir di seluruh wilayah Indonesia. Peternakan dari hulu ke hilir sudah dikuasai oleh pemain besar. Sementara peternak mikro kecil menengah hanya sebagai buruh. Tidak memiliki kewenangan apapun ketika memelihara ayam.

Permasalahan itu semua bersumber dari rendahnya mentalitas peternak dan ketrampilan teknis cara beternak yang efektif dan efisien serta selama ini kurang adanya perlindungan yang saling bersinergi dari instansi pemerintah yang terkait.

Atas dasar itu, Koperasi Peternak Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (Kopakub) hadir sebagai lembaga pemberdaya bagi peternak ayam kampung KUB seluruh Indonesia. Kopakub sendiri adalah koperasi peternak ayam KUB yang pertama di Indonesia yang berbasis digital.

Berbentuk Koperasi Primer, yang anggotanya seluruh peternak ayam KUB Indonesia. Didirikan oleh 12 orang peternak mewakili wilayah melalui rapat daring, tanggal 24 Mei 2021. KOPAKUB ini berkantor pusat di Jakarta dan secara manajemen terhubung dengan perwakilan di daerah yang di bentuk.

"Koperasi ini bertujuan untuk membantu mengatasi persoalan yang dihadapi oleh para peternak mikro, kecil menengah yang tersebar di seluruh Indonesia dari persoalan hulu - produksi (DOC, Pakan, Kesehatan) hingga hilir (pasar)," ungkap Yadiman selaku Ketua Kopakub, Rabu (23/6/2021) kepada wartawan.

 

Meningkat

Yadiman melanjutkan, Koperasi juga melakukan advokasi atas persoalan-persoalan makro peternak. Koperasi juga bertekat dapat mandiri dengan mendirikan usaha yang terkait dengan peternakan, antara lain penjualan DOC KUB 2 galur murni, pabrik pakan mini dan pemasaran di hilir. Sehingga kedepan Koperasi tidak menggantungkan pada uluran pemerintah.

"Kami ingin berkembang secara setara sehingga anggota peternak yang di naunginya berdaya dan sejahtera," katanya.

Ahmad Zabadi, Deputi Perkoperasian Kemenkop menambahkan, bersama Kopakub diharapkan peternak dapat meningkat keterampilan teknis, membangun jiwa wirausaha, dan meningkatkan kesejahteraannya, sehingga memberi dampak pada skala Nasional perekonomian Indonesia.

"Saya mendapatkan satu kesan yang positif bahwa peternakan ayam kampung ini dapat dikembangkan secara masif," ujar Ahmad Zabadi.

Usai mengunjungi beberapa tempat di Jogja dan Jawa Tengah Ahmad Zabadi terkesan dengan penyediaan makanan yang dikembangkan langsung oleh putra daerah. Pengembangan berdasarkan pendekatan local wisdom ini merupakan satu nilai tambah yang penting bagi pengembangan peternakan di Indonesia.

"Karena kontribusi penyediaan ayam kampung masih sangat rendah. Saat ini posisinya baru sekitar 8,5% dibandingkan dengan persediaan non ayam kampung atau ayam broiler," lanjutnya.
Sementata Evi Ayunita, Sekretaris KOPAKUB menambahkan, bahwa bangsa Indonesia sangat mungkin untuk mewujudkan Kembali swasembada pangan, khususnya di bidang pertanian dan perikanan, dengan memanfatkan kearifan lokal yang sangat mudah ditemukan berbagai hasil pertanian untuk bahan pakan ayam. (*)