MC Bahasa Jawa di Kota Yogyakarta Langka

MC Bahasa Jawa di Kota Yogyakarta Langka

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Mau mencari Master of Ceremony (MC) atau pranata adicara bahasa Jawa? Meski di Kota Yogyakarta yang menyandang predikat Kota Budaya, pencarian itu ternyata tidak gampang karena jumlahnya memang tidak banyak.

Sepertinya anak-anak muda kurang tertarik mempelajarinya. Mungkin dianggap kuno. Ada Paguyuban Pranata Adicara Kota Yogyakarta (PPKY). Anggotanya sekitar 35 orang. Berbeda dengan Bantul dan Sleman yang jumlahnya lebih banyak.

Di Kota Yogyakarta, seorang di antaranya adalah Haryudi.  Pria kelahiran Dusun Druwo Bangunharjo Kapanewon Sewon Kabupaten Bantul 15 Oktober 1974 ini terbentuk dari lingkungannya.

Ayahnya pemain ketoprak tingkat dusun. Ibunya gemar nembang dan panembrama bersama teman-temannya. Selain itu, juga berlatih karawitan, memegang gong.

"Saya prihatin, pada masa remaja saya tidak ada yang berani jadi MC," kata Haryudi yang sekarang menetap di Jetis RT 29 RW 08 Kalurahan Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta menjawab pertanyaan koranbernas.id, Selasa (14/12/2021). Waktu itu yang ada menjadi MC tapi sudah sepuh.

Belajar pidato

Awal kariernya, Haryudi terpilih menjadi ketua pemuda setempat. Posisi ini mengharuskan dia belajar bicara di depan umum. Saat pertemuan selalu diminta memberi sambutan. "Awalnya demam panggung juga," kata ayah dua anak ini sambil tersenyum.

Kebetulan  wilayahnya menyelenggarakan turnamen bola voli tingkat DIY. Haryudi ditunjuk ketua panitia, memberi sambutan masih memakai bahasa Indonesia. Ketika masjid menyelenggarakan peringatan Nuzulul Quran, dia juga diminta menjadi MC.

Ada sesepuh bilang, Haryudi punya bakat sebagai MC,  berangkat dari kemampuan bicara di depan umum. Baginya, ini motivasi untuk terus belajar.

Untuk mengasah kemampuan bahasa Jawa, pria ini mencoba menimba ilmu pada senior dengan cara sowan ke beberapa tokoh. Kemudian, diperkaya lewat penataran serta workshop yang diselenggarkan paguyuban maupun Dinas Kebudayaan.

Semua ditekuni karena ilmu ini hanya bisa diperoleh lewat proses belajar dengan sungguh-sungguh. Apalagi bahasa Jawa agak rumit karena banyak undha usuk.

"Sulit sebenarnya nggak, asal kita mau belajar dengan tekun melalui berbagai sumber. Terutama ngangsu kawruh pada senior,”  tambah Yudi, begitu dia biasa disapa.

Seiring berjalannya waktu, sejak 2012 dia memberanikan diri sebagai MC yang diundang keluar kampung sambil memperkaya diri dengan berbagai keterampilan. Dia bergabung dengan Wedding Organizer (WO) milik teman supaya banyak pengalaman.

Yudi sudah beberapa tahun melayani paket pernikahan. Mulai dari MC, hiburan elekton lengkap dengan penyanyi, tenda, perangkat sound system, lighting beserta kelengkapannya. Termasuk mencarikan perias pengantin dia punya banyak link, di bawah bendera Yudi Production. Namun diakui selama pandemi order menurun karena situasi dan kondisi.

Ketika pamerintah mulai membuka kran perlahan-lahan job mulai datang meski belum seperti dulu, dengan jumlah undangan sangat terbatas. Tetapi sudah mulai memberikan harapan.

Saling percaya

Tampil mesra bersama penyanyi wanita merupakan tuntutan untuk menghidupkan suasana. Tak cuma nyanyi, tetapi juga berjoget mesra dengan lirik lagu asmara, kadang cukup seronok. Apakah istri tidak cemburu?

Tidak. Karena istri tahu itu tuntutan profesi. Kuncinya adalah saling percaya. "Saya juga tidak pernah macam-macam kok. Sebatas tuntutan pekerjaan saja," kata dia lagi.

Bahkan sang istri berseloroh mengatakan, kalau cemburu malah nanti tidak dikasih uang. Dengan bekal rasa saling percaya, maka rumah tangga mereka ayem tentrem saja. Meski suami tampil bersama penyanyi berdandan seksi dengan goyangan yang aduhai.

Yudi mengakui, mengandalkan pendapatan dari MC maupun Yudi Production belum cukup. Keperluan hidup tak sekadar makan, tetapi juga biaya pendidikan yang semakin mahal. Apalagi anak sulungnya sudah  SMA, dan anak keduanya di SD swasta.

Juga untuk cadangan biaya kesehatan siapa tahu tiba-tiba dibutuhkan. Tak kalah banyaknya adalah biaya sosial kemasyarakatan. Apalagi tinggal di permukiman tradisional yang nilai guyub rukunnya masih kental.

Untuk menambah pendapatan Yudi melayani jasa kesehatan sebagaimana dicontohkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW yaitu bekam. Selain itu, juga berjualan obat-obatan herbal, serta laundry. Kebetulan Yudi punya pelanggan laundry sebuah hotel di RT di mana dia dituakan sebagai ketuanya.

Pekerjaan sebagai MC sangat menyenangkan. Selain pergaulan semakin luas, kalau acara berjalan lancar dan pihak pengundang merasa puas, tidak bisa diukur dengan rupiah yang diterima. Yudi terus akan belajar dan belajar agar kemampuannya bisa sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. (*)