Melestarikan Wayang pada Era Milenial dan Pascamilenial

Melestarikan Wayang pada Era Milenial dan Pascamilenial

WAYANG saat ini menjadi salah satu warisan budaya mahakarya dunia yang ternilai dalam seni bertutur yang diakui oleh UNESCO. Masyarakat Indonesia sendiri tidak hanya melihat wayang sebagai seni bertutur atau produk seni pertunjukan. Wayang merupakan produk seni pertunjukan yang sarat akan nilai-nilai filosofi dan kearifan lokal, sehingga dapat dijadikan sebagai media refleksi bagi masyarakat. Wayang dalam pementasannya selalu menyelipkan nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi umat manusia. Atas dasar inilah wayang perlu terus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia.

Tanggal 7 November selalu diperingati sebagai Hari Wayang Nasional. Penetapan Hari Wayang Nasional diharapkan mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap wayang. Apakah masyarakat mampu menghargai wayang sebagia warisan budaya sekaligus aset bangsa dan bagaimana upaya pelestariannya?

Saat ini melestarikan wayang kepada generasi muda menjadi pekerjaan rumah dan tantangan tersendiri. Generasi muda saat ini didominasi oleh generasi milenial dan pascamilenial. Generai milenial merupakan generasi Y yang terlahir antara rentang waktu 1981 sampai dengan 1996 (BPS, 2021). Generasi pasca milenia adalah  generasi z yang terlahir antara rentang waktu tahun 1997 sampai dengan tahun 2012 dan generasi a yang terlahir antara rentang waktu 2013 sampai sekarang (BPS, 2021). Berbagai generasi tersebut terlahir pada era internet dan zaman yang sangat mengandalkan produk-produk teknologi informasi, untuk mendukung aktivitas harian, sehingga perlu strategi khusus untuk melestarikan wayang pada era generasi milenial dan pasca milenial.

Generasi milenial, generasi z dan a merupakan generasi penerus yang nantinya akan menjadi pelaku seni wayang dan penikmat seni pertunjukan wayang. Saat ini pelaku seni wayang banyak didominasi oleh generasi x yang jumlahnya sekitar 21,88% (BPS, 2021) dan selebihnya merupakan generasi milenial dan pasca milenial. Generasi x harus mulai melakukan regerasi pelaku seni pertunjukan wayang kepada generasi milenial dan pasca milenial.

Urgensi Regenerasi

Regenerasi ini perlu dibarengi dengan merangsang minat generasi milenial dan pasca melenial untuk menyaksikan pementasan wayang. Pertunjukan wayang juga akan eksis, apabila masyarakat termotivasi untuk menikmati pertunjukan wayang. Masyarakat penikmat wayang ini yang akan mengundang dalang dan pendukung seni pertunjukan wayang untuk melakukan pementasan. Banyak pementasan wayang tentu akan mensejahterakan para pelaku seni pertunjukan wayang, sehingga akan memotivasi mereka untuk bertahan di profesi ini.

Usaha untuk melestarikan produk seni pertunjukan seperti wayang, tergantung dari pelaku seni wayang, masyarakat penikmat seni pertunjukan wayang dan dukungan kebijakan untuk melestarikan wayang. Pelaku seni wayang seperti dalang, pengrawit, sinden dan pengrajin, harus memiliki motivasi untuk melestarikan seni tradisi dan melakukan regenerasi. Regenerasi ini diperlukan sebagai usaha untuk memastikan bahwa seni tradisi akan eksis sampai kapan pun karena memiliki Sumber Daya Manusia sebagai generasi penerus. Generasi milenial dan pasca milenial perlu diberikan stimulan, sehingga tergerak untuk belajar menjadi dalang, bermain karawitan, menjadi sisden dan belajar tatah sunggih (membuat wayang).

Keberpihakan

Pemerintah juga memiliki andil penting untuk mendesain kebijakan yang mampu merangsang pengrajin wayang terus tumbuh dan menghasilkan wayang berkualitas. Seremonial pemerintah daerah juga perlu diisi dengan acara pementasan wayang, sehingga dalang, sinden dan pengrawit termotivasi untuk menyajikan pementasan terbaik. Upaya Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menyelenggarakan pementasan secara luring  dan daring perlu diapresiasi. Masyarakat dapat dengan mudah menyaksikan pementasan wayang yang pernah diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta di https://www.youtube.com/c/tasteofjogjatv.

Generasi milenial dan pasca milenial dapat diperkenalkan dengan pertunjukan wayang yang telah dimodifikasi seperti wayang sinema. Masyarakat dapat  menyaksikan beberapa pementasan wayang sinema di kanal Youtube Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Wayang sinema merupakan  pementasan wayang purwa dengan menggunakan layar multimedia dan dukungan suara yang berkualitas, sehingga membuat pentas wayang menjadi menarik. Lakon atau cerita yang disampikan dalam pementasan ini lebih sederhana dibandingkan pementasan wayang purwa sesungguhnya. Kemasan pementasan wayang purwa dengan modifikasi cerita seperti pada pementasan wayang sinema dapat menarik minat generasi milenial dan pasca milenial untuk mempelajari wayang dan seni karawitan sebagai pendukung pementasan wayang. Dari minat diharapkan akan berkembang menjadi kecintaan generasi milenial dan pasca milenial untuk terus melestrasikan wayang dan seni pendukungnya. **

Heri Abi Burachman Hakim, SIP., MIP

Pranata Humas ISI Yogyakarta