Memotret Jejak Masa Lalu Saudagar Perak Kotagede

Memotret Jejak Masa Lalu Saudagar Perak Kotagede

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Jagalan Banguntapan Bantul menjadi kawasan heritage sebagai living museum atau museum sejarah hidup Kotagede. Menapaki Jagalan, pengunjung akan dibawa ke nuansa masa silam.

Bangunan-bangunan indis yang memadukan gaya bangunan lokal dan bangunan pendatang, pendapa dan rumah joglo khas Jawa terlihat di sepanjang jalan ataupun gang-gang sempit di tempat ini. Wisatawan lebih sering berjalan kaki untuk menikmatinya. Di jagalan terdapat makam-makam raja Mataram serta Masjid Gedhe Mataram.

“Ini adalah sebuah anugerah bagi Jagalan yang harus kita rawat dan kita jaga kelestariannya. Masyarakat ikut terlibat dalam upaya pelestarian dan juga berkecimpung dalam pengembangan wisata sejarah di Kotagede. Kita juga sudah memiliki paket wisata yang diberi nama Jagalan Tlisih,” kata Gono Santoso, Lurah Jagalan, kepada koranbernas.id di sela kegiatan hunting foto Human Story berjudul Saudagar Kotagede  hasil kerja sama Dinas Pariwisata Bantul dengan Gudang Digital, Minggu (26/9/2021).

Paket wisata ini melibatkan masyarakat, mulai dari menyediakan kuliner khas zaman dulu (jadul), pertunjukan atau atraksi seni hingga tempat menginap  (home stay).

“Wisata menjadi salah satu sektor pengungkit ekonomi di Jagalan. Kita selalu mempromosikan termasuk kegiatan pemotretan oleh puluhan fotografer ini,” katanya.

Karena pandemi, kunjungan wisatawan belum dibuka secara luas. Semua masih dibatasi dengan penerapan protokol kesehatan.

“Minat masyarakat untuk menikmati wisata masa lalu sangat besar. Misalnya saja saat kami membuka festival makanan jadul dengan harga paling mahal Rp 10.000, omzetnya mencapai ratusan juta dengan 40 stan di tahun 2019. Untuk 2020 dan 2021 sementara ini kita masih off karena situasi,” katanya.

Pradityawan dari  Gudang Digital mengatakan mereka mempunya event setiap bulan  dengan konsep human interest. “Kita membangun sebuah cerita dengan mengangkat kebudayaan setempat. Untuk Kotagede mengangkat cerita fiksi mengenai saudagar batik dan perak di masa lalu. Kemudian kita mengundang fotografer untuk memotret. Hasilnya mereka share di sosial media sebagai bagian dari upaya promosi wisata Kotagede,” katanya.

Sebelumnya mereka juga membuat human story kampung jamu Kiringan Jetis Bantul.

Kabid Pemasaran Dispar Bantul, Guppianto Susilo MM, mengatakan kegiatan di Jagalan adalah judul hunting foto Human Story yang ke delapan.

“Kisah ini adalah fiksi yang mengangkat tentang kehidupan Saudagar Perak Kotagede dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan kesederhanaan di tengah gemerlap kemewahan. Kehidupan itu berbanding terbalik karena anak sulungnya yang mbalela, semena-mena merasa anak orang kaya sebab kurangnya kedekatan antara orang tua dengan anak tersebut. Bahkan anak tersebut harus diasingkan agar bisa memahami tentang hidup sebagai makhluk sosial,” terangnya.

Dengan mengambil lokasi di rumah Jawa kuno, perkampungan Kotagede, fotografer diajak bernostalgia mengabadikan keluarga ningrat pada masa lalu, aktivitas pembuatan kerajinan perak dan menikmati suasana masa lalu dalam membuat sebuah karya dokumentasi foto dengan perpaduan drama dan romansa penuh cinta yang menarik.

Event hunting fotografi ini tetap menjaga protokol kesehatan dengan mengedepankan konsep memotret human interest dengan berbagai macam adegan, momen dan ekpresi suasana tempo dulu. (*)