Menengok Sumbu Imajiner Dalam Sehelai Kain

Menengok Sumbu Imajiner Dalam Sehelai Kain

KORANBERNAS.ID, JOGJA -- Yogyakarta sebagai kota budaya memiliki kekayaan seni visual dan pertunjukan yang tak pernah habis untuk dinikmati. Sebagai kota yang berawal dari sebuah kerajaan, Yogyakarta juga dipenuhi jutaan simbol dan filosofi yang membumi dalam kehidupan sehari-hari hingga ke penataan kotanya.

Terinspirasi sumbu imajiner Yogyakarta yaitu, Merapi, Tugu Pal putih, keraton dan Laut Selatan, "Artine" sebuah produsen kain asal Yogyakarta menampilkan filosofi tersebut ke dalam patern unik yang syarat arti. Empat seri pola kain karya ilustrator muda, Aprilia Muktirina, keseluruhan menggambarkan sumbu imajiner Yogyakarta dengan apik.

Pemilihan Aprilia sebagai seniman yang terlibat dalam kolaborasi ini tidak sembarangan. Roro Tyas selaku Brand Development Acuan Kreatif mengungkapkan setidaknya ada tiga seniman muda yang mencoba menerjemahkan keinginan Artine ke dalam karya-karya mereka. Namun pilihan jatuh pada Aprilia.

"April dirasa paling mampu menceritakan detil filosofi sumbu imajiner Yogyakarta ke dalam tiap karakternya ciptaannya, setiap ilustrasinya bisa bercerita. Ini sesuai dengan keinginan kami, yaitu menyampaikan simbol dan filosofi tersebut ke dalam sebuah produk dan dapat dibaca oleh masyarakat luas," paparnya di sela-sela pembukaan pameran Ana Artine, Sabtu (4/1/2020) siang, di Greenhost Boutique Hotel Yogyakarta.

"Walau ada kriteria khusus, namun kami membebaskan setiap seniman untuk mengeksplorasi tema yang kami tentukan. kriteria dalam hal ini lebih kedalam cara penyampaian dan warna. karena "artine" sudah memiliki ciri warna-warna bumi dalam setiap produk," imbuhnya.

Teknik print direct to garment (DTG) dipilih "Artine" dalam menuangkan ide-ide kreatif tentang filosofi Yogyakarta ke dalam kain bahan katun miliknya. Dengan ragam ukuran yang variatif lembar-lembar kain ini dipamerkan selama sepekan 4-11 Januari 2020.


Video mapping pola sumbu imajiner Yogyakarta yang diproyeksikan pada lembar kain dalam pameran "Ana Artine" Sabtu (4/1/2020) di Greenhost Boutique Hotel, Yogyakarta. (Muhammad Zukhronnee ms/koranbernas.id)

Pameran "Ana Artine" dengan tema “Menemukan Yogyakarta, Menemukan Makna” pameran ini tak hanya menampilkan empat seri sumbu imajiner Yogyakarta. Ana Artine dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai “memiliki makna”. Pameran ini mengajak masyarakat untuk bersama memahami makna di balik kebudayaan, epos, atau nilai yang dapat kita jumpai sehari-hari.

Erli Faniwati, founder Artine kain mengungkapkan, Yogyakarta merupakan tempat yang sarat akan nilai-nilai adiluhung yang terpelihara hingga detik ini. "Makna-makna di balik peninggalan nilai dan budaya Yogyakarta sangat menarik untuk didalami dan diimplementasikan sebagai upaya untuk menjadi manusia yang lebih baik," ujarnya.

Mengangkat sumbu imajiner Yogyakarta ke dalam pattern kain merupakan sesi pertama dalam rangkaian produknya. Kelak akan ada tema seputar Yogyakarta lain yang akan dikeluarkan oleh Artine pada season berikutnya.

"Dalam waktu dekat, tema aksara jawa hanacaraka yang akan kami eksplorasi. Bukan secara harfiah menampilkan simbol-simbol aksara Jawa tersebut ke dalam pattern kain, namun lebih kepada cerita dibalik hanacaraka itu sendiri," paparnya.

Jika pada kesempatan kali ini lanjut Erli, Artine berkolaborasi dengan Aprilia, sosok seniman yang mewakili perempuan. Pada season kedua pihaknya ingin berkolaborasi dengan seniman laki-laki. "Hal ini dilakukan karena Artine bukan merupakan produk untuk kaum Hawa saja, melainkan produk Unisex yang patut dipakai lelaki maupun perempuan," tandasnya. (ros)