Menguatkan Tradisi Keilmuan dengan Kitab Kuning

Menguatkan Tradisi Keilmuan dengan Kitab Kuning

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Di kalangan santri kitab kuning ibarat menu sehari-hari. Dari kitab-kitab gundul tanpa harakat itulah para santri memperoleh gemblengan keilmuan sehingga kokoh dan kuat. Tradisi tersebut terus mengakar hingga kini.

Dalam rangka memberikan penghargaan kepada para pencari ilmu, untuk keempat kalinya DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DIY, Minggu (29/11/2020), menyelenggarakan Lomba Baca Kitab Kuning IV Tingkat Provinsi DIY. Kegiatan ini sekaligus dalam rangka memperingati Hari Santri 2020, menandai 16 Tahun Fraksi PKS serta Munas PKS 2020 di Bandung Jawa Barat.

Lomba yang berlangsung Kantor DPW PKS DIY Jalan Gambiran Yogyakarta kali ini diikuti 26 peserta, perwakilan dari sejumlah pondok pesantren di provinsi ini.

Mengingat masih pandemi, semua peserta termasuk panitia menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat yakni memakai masker, mencuci tangan pakai sabun pada air yang mengalir serta menjaga jarak.

Di Hadapan  dewan juri terdiri dari KH Dr Tulus Mustofa Lc MA selaku  Ketua Umum INLA Universitas Islam Indonesia (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, KH Dr Tamyis Mukharram MA dari Pesantren An Nasyath Mlangi Sleman serta Kiai Muhammad Dyafi'i Masykur M Hum dari Pesantren Nurul Husen Depok Sleman, peserta satu per satu membaca kitab Fathul Mu'in.

Peserta juga diminta mengartikan petikan naskah yang disodorkan panitia. Dari sini, dewan juri langsung bisa mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap naskah yang dibacanya.

Kenapa dipilih kitab ini? Ketua Bidang Pembinaan Umat DPW PKS DIY, Agus Efendi, menjelaskan kitab karya ulama besar Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz yang hidup pada abad 10 Hijriyah tersebut memang standar kitab kuning yang dipelajari di semua pondok pesantren.

“Respons peserta cukup baik. Ngaji kitab ini tidak mudah. Lomba ini untuk membangun tradisi keilmuan, bahwa beda pendapat pun harus ada ilmunya,” ujarnya pada konferensi pers didampingi Wakil Ketua DPW PKS DIY Agus Mashudi, ketua panitia Rohadi serta M Syafi’i mewakili Ketua Fraksi PKS DPRD DIY Imam Taufik.

Pada awal penyelenggaraan lomba sejak tahun 2016, rata-rata peserta berasal dari pesntren NU (Nahdlatul Ulama). Selain santri, ada pula peserta dari kalangan mahasiswa. Baru pada tahun ketiga, ada peserta dari pesantren Muhammadiyah.

“Memang kita menginginkan semakin banyak santri berpartisipasi, mempelajari serta terlibat mengajarkan kitab kuning. Pada awal dulu, peserta berasal dari empat sampai lima pesantren. Sekarang meningkat. Para santri senang sekali, saat technical meeting mereka hadir penuh antusiasme,” ungkapnya.

Dia juga mengapresiasi para santri yang memiliki semangat luar biasa mencari ilmu. “Kami geleng-geleng karena kadang-kadang pertanyaan dewan juri sangat dalam,” ungkapnya menjawab pertanyaan mengenai aspek penilaian.

Menariknya, misalnya ada peserta sama-sama memiliki kemampuan setara memahami bab-bab tertentu dari kitab Fathul  Mu’in, maka dewan juri akan memilih dengan mempertimbangkan aspek adab.

“Penilaian tidak hanya dari kemampuan membaca dan memahami tetapi juga adab peserta. Misalnya, jika dua orang sama-sama alim namun pakaiannya tidak mendukung (kurang adab) sebagai pencari ilmu maka akan dinilai dari adab,” kata dia.

Agus Mashudi menambahkan, dari 26 peserta terdiri dari 9 santri putri dan 17 santri putra dipilih tiga besar. Juara pertama akan mewakili DIY ke ajang lomba tingkat nasional dijadwalkan 22 Desember 2020 di Jakarta dengan hadiah umrah.

“Sebagai apresiasi untuk para pencari ilmu kami memberikan apresiasi kepada juara pertama Rp 3,5 juta, juara dua Rp 2,5 juta dan juara tiga Rp 1,5 juta. DIY belum pernah juara, mudah-mudahan tahun ini bisa meraih juara,” harapnya.

M Syafi’i menambahkan pihaknya sangat mendukung gelaran lomba baca kitab kuning yang rutin diadakan setiap tahun. Kebetulan tahun ini bersamaan dengan Munas PKS sekaligus adanya perubahan logo, tagline maupun AD/ART PKS.

“Mewakili Fraksi PKS DPRD DIY kami ditugasi mendukung lomba ini, berkoordinasi dengan bidang pembinaan umat. Kita mendorong keilmuan di pesantren,” kata dia. (*)