Mengurus NU Itu Berat

Mengurus NU Itu Berat

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Para pengurus organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada semua tingkatan memiliki tanggung jawab tidak ringan. Setidaknya inilah pengakuan H Karlana selaku Ketua Tanfidziyah Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Ngaglik Sleman.

“Mengurus NU itu yang berat bukan mengurus organisasinya namun menjaga dan membawa nama para alim ulama. Pertanggungjawabannya di dunia dan akhirat ini yang lebih berat,” ungkapnya saat rapat di MWC NU Kapanewon (kecamatan) Ngaglik, Minggu (27/9/2020) malam.

Dia menjelaskan, untuk mengetahui perkembangan program hasil musker jajaran pengurus MWC NU Kapanewon Ngaglik Masa Khidmat 2018-2023, setiap tahun melaksanakan rapat kerja (raker).

Raker yang didahului pra-raker tersebut tujuannya agar menghasilkan kesepakatan bersama dan tepat sesuai hasil musyawarah kerja (musker).

Rais Syuriah MWC NU Ngaglik KH M Muhasyim menambahkan pra-raker sangat strategis. Setiap lembaga harus mengevaluasi program dan kegiatan hasil musker yang dilaksanakan setiap tahun.

“Sudah berapa persen yang dicapai sampai saat ini, dan yang belum segera direncanakan tahun berikutnya. Ini penting karena tanggung jawab lembaga harus menyelesaikan hasil musker selama lima tahun,” ujarnya.

Menurut dia, program yang sekiranya sulit dilaksanakan bisa saja ditangguhkan disertai kesepakatan pada saat raker nantinya.

Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Ngaglik Sleman menginformasikan, pada rapat kali ini dibahas pula evaluasi terhadap kinerja delapan lembaga MWC NU Ngaglik, misalnya bidang organisasi dan perekonomian serta bidang lain yang perlu digerakkan.

Contoh, lembaga dakwah perlu menyikapi situasi pandemi Covid-19, tidak dengan berkumpul tatap muka melainkan secara daring atau virtual meeting. Hal ini terus dilakukan agar dakwah tetap jalan.

Usai diskusi, para ketua lembaga sepakat menindaklanjuti semua program sehingga pada akhir masa khidmat bisa dilaksanakan dengan baik. (*)