Menjadi Guru Madrasah Itu Keren

Menjadi Guru Madrasah Itu Keren

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Masa pandemi yang serba sulit dan terbatas, ternyata tidak sepenuhnya membatasi kemampuan manusia dalam melakukan dan mencipta. Di bawah tekanan dan keterbatasan mobilitas dalam sistem belajar di dunia pendidikan, tenaga pengajar Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1) Yogyakarta kembali meluncurkan buku kedua mereka.

Buku berjudul "Menjadi Guru Madrasah itu Keren" merupakan buku kedua setelah "Belajar dari Corona" yang juga diproduksi Tenaga Pendidik MAN 1 Yogyakarta di masa-masa pandemi.

Jika pada buku "Belajar dari Corona" yang memuat kisah-kisah nyata dan opini inspiratif guru-guru MAN 1 Yogyakarta dalam menghadapi virus, buku kedua yang di-launching saat peringatan Hari Guru pada Selasa (24/11/2020) ini merupakan antologi puluhan tenaga pendidik di MAN 1 Yogyakarta yang menceritakan betapa kerennya menjadi tenaga pendidik di madrasah.

Sulistyaningsih, salah satu guru di MAN 1 Yogyakarta, menceritakan buku ini diharapkan mampu menghilangkan stigma bahwa guru madrasah hanya merupakan profesi pilihan kedua bagi tenaga pendidik.

“Selama ini pandangan pada guru madrasah itu seperti masih sebelah mata. Madrasah pun jadi second choice, tapi kami ingin buktikan bahwa madrasah juga bisa berprestasi. Terbukti beberapa tahun terakhir ini kami menolak 400-500 calon siswa, dari 200 yang diterima," terangnya di sela-sela peluncuran buku sekaligus launching gerakan pemberdayaan komunitas guru Madrasah Garda Kagum.

"Animo masyarakat ke madrasah pun kini cukup tinggi. Kami ingin tunjukkan bahwa menjadi guru madrasah itu keren,” lanjutnya.

Sementara Tuslihatun Amimah, guru Matematika yang juga menjadi salah satu penulis, menambahkan penyusunan buku membutuhkan waktu tiga bulan. Dalam waktu tersebut hampir tidak ada kendala karena guru-guru yang terlibat memiliki ketertarikan terhadap tulis-menulis. Bahkan beberapa pernah menulis untuk diterbitkan.

"Selain menceritakan pengalaman masing-masing saat mengajar di mata pelajaran yang diampu, di buku ini kami cerita hal-hal menarik, bagaimana pengalaman mengajar yang bisa dibaca banyak orang, baik itu sesama guru di madrasah lain, juga nantinya [bagi] para penerus kami," tutupnya.

Kepala MAN 1 Yogyakarta, Wiranto Prasetyahadi, menuturkan di tengah-tengah pandemi Corona yang melanda dunia, para guru madrasah dapat menuangkan karya berupa buku antologi kedua. “Alhamdulillah, rasa syukur, bangga dan bahagia. Semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca,” ujarnya.

Wiranto juga berharap, para pembaca dapat belajar dari ketulusan hati guru MAN 1 Yogyakarta dalam berkarya. “Suka duka menjalani profesi mulia sebagai guru madrasah di tengah wabah Corona ataupun dalam kondisi dan situasi apapun, mewarnai lembaran-lembaran buku ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakamad bidang Humas, Hartiningsih M.Pd, menyampaikan rasa syukur yang mendalam. Menurut Aning, sapaan akrabnya, buku antologi yang berjudul ‘Menjadi Guru Madrasah itu Keren’ ini disusun oleh 28 guru dengan beragam latar belakang mata pelajaran dan pendidikan. Di dalamnya menceritakan pengalaman dan luapan kebanggaan menjadi guru madrasah.

“Kenangan dan kesan yang indah serta mengharukan tertuang dan menghiasi buku ini,” terang Aning yang juga menjadi editor bersama Rr.Ayu Dewi Widowati, Guru MTs Negeri 1 Yogyakarta. (*)