Nasib N-250 Gatotkaca Dikagumi Eropa Berakhir di Museum

Nasib N-250 Gatotkaca Dikagumi Eropa Berakhir di Museum

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Salah satu adikarya anak bangsa yaitu pesawat N-250 prototype aircraft 01 Gatotkaca akhirnya melengkapi koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta. Pesawat yang namanya terinspirasi dari tokoh pewayangan Gatotkaca itu ditempatkan persis di halaman depan museum.

Museum Pusat TNI AU yang beroperasi sejak 1969 kini memiliki 60 jenis pesawat dari beragam fungsi dan negara pembuat. Salah satunya pesawat N-250 yang diinsiasi dan dirancang oleh putra terbaik bangsa yang juga presiden ketiga Indonesia yaitu mendiang Prof Baharuddin Jusuf Habibie.

Pesawat itu tiba pada Jumat (21/8/2020) pagi di Yogyakarta diangkut tiga truk trailer. Kadispen AU Marsma TNI Fajar Adriyanto kepada awak media mengungkapkan, pesawat N-250 yang dipesiunkan itu hanya dibuat tiga unit pada masanya. “esawat ini hanya dibuat tiga. Satu yang jadi, dan dua masih dirancang (prototype),” ujar Fajar Andriyanto.

Dari ketiganya, hanya satu yang dapat diterbangkan dan sempat mengudara 20 tahun lebih. Produksi IPTN, yang sekarang menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI), sempat digunakan oleh TNI AU. “Jadi ini satu-satunya yang bisa terbang, yang lain masih tahap prototype dan belum sempat diselesaikan,” tuturnya.

Pesawat baling-baling pertama buatan anak bangsa ini sebenarnya pernah menarik perhatian dunia dirgantara Eropa ketika prototype N-250 diperkenalkan di pameran dirgantara terkemuka, Paris Air Show 1989.

“Saat itu orang Eropa kagum, kita bisa buat pesawat turbo prop yang punya teknologi fly by wire. Saat itu, baru N-250 yang menggunakan teknologi tersebut khusus pesawat baling-baling,” ungkap Kadispen AU kelahiran Bandung itu.

Jenderal bintang satu yang pernah menjadi penerbang F-16 itu mengungkapkan pada abad ke-20 masih belum banyak pesawat komersial yang menggunakan teknologi canggih fly by wire dan juga  full glass cockpit with engine instrument and crew alerting system (EICAS). “Mereka kaget, kok Indonesia bisa buat seperti ini, dan lebih canggih dari pesawat yang mereka buat,” sebutnya.

Pesawat N-250 Gatotkaca baru saja tiba di Yogyakarta. (rosihan anwar/koranbernas.id)

Sulit masuk tol

Fajar mengisahkan perjalanan menarik pesawat N-250 dari Jakarta ke Yogyakarta. Berjalan perlahan alias dengan kecepatan rendah, potongan pesawat karya anak bangsa itu menjadi tontonan masyarakat sepanjang perjalanan. Namun ketika memasuki pintu tol, ada sedikit kendala yang dihadapi.

“Memang jalan tol tidak dibuat untuk lewat pesawat. Saat kita mau lewat nggak bisa karena bagian atasnya menabrak (pembatas). Padahal, PT Jasa Marga sudah memperlebar exit toll saat kita mau lewat. Kemudian kita ada ide, akhirnya kita gembosi dulu ban supaya bisa lewat,” kisahnya sambil tersenyum.

Kepala Museum TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta, Kolonel (Sus) Dede Nashrudin saat diwawancarai koranbernas.id mengatakan, dengan bertambahnya koleksi museum, khususnya kedatangan pesawat N-250, diharapkan menumbuhkan rasa bangga dan nasionalisme generasi muda akan karya yang telah diciptakan putra-putri terbaik bangsa.

“Saat ini kita punya 60 pesawat, dari berbagai negara, termasuk (negara) Blok Barat dan Blok Timur. Dari jumlah 60 itu, hanya dua yang produksi anak negeri, pesawat Nurtanio dan N-250 ini,” katanya.

Pesawat N-250 merupakan pesawat turbo propeller tercanggih di zamannya karena saat itu telah mengadopsi teknologi fly by wire. Tahun 1989, pesawat ini sempat diperkenalkan pada ajang Paris Airhshow oleh Menristek saat itu Prof BJ Habibie.

Pada 10 November 1994, prototype N-250 pertama dengan kapasitan 50 penumpang selesai dibuat dan kemudian diberi nama Gatotkaca oleh presiden kedua RI, Soeharto. (ros)