Pakar Budaya UGM Soroti Kostum Celana Pendek Penari Dolalak Putri Terlalu Ekspos Paha

Pakar Budaya UGM Soroti Kostum Celana Pendek Penari Dolalak Putri Terlalu Ekspos Paha

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Dolalak adalah tarian tradisional zaman Belanda. Awalnya tarian ini hanya diiringi alat musik dua nada yaitu notasi do dan la, maka dinamakan  Dolalak.

Kemunculan tari tersebut terinspirasi dari perilaku serdadu Belanda saat beristirahat di camp peristirahatan. Serdadu tersebut menari bersama.

Kostum serdadu Belanda atasan berlengan panjang dipadu celana panjang. Sementara kostum Tari Dolalak putri di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah mengenakan pakaian atas berlengan panjang dipadukan celana pendek.

"Pakaian KNIL Tentara (serdadu) Belanda itu celana panjang, kalau Tari Dolalak terinspirasi dari pakaian KNIL Belanda maka tidak tepat dengan celana pendek," ungkap Dr Sudibyo MHum, dosen Program Pascasarjana Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM).

Menurutnya, kostum Dolalak putri terlalu mengekspos paha. Kemudian ada istilah penari Dolalak putri sekarang pupuler alias pupune diler (pahanya dibuka atau pamer paha).

"Kostum tari Dolalak diturunkan dari kostum KNIL (serdadu Belanda), padahal prajurit KNIL tidak pernah memakai celana pendek, yang memakai celana pendek itu prajurit Sepoy sewaan dari Inggris," jelas Sudibyo pada acara Bisa Festival yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkolaborasi dengan anggota Komisi X DPR RI, Bramantyo Suwondo, di Desa Pejagran Kecamatan Ngombol, Sabtu (25/6/2022).

Sudibyo teringat saat dirinya kecil sudah ada Dolalak putri. Kostumnya tidak mengekspos paha. "Saya belum pernah melihat Dolalak putri Purworejo bercelana panjang. Memang varian tari Ddolalak ini banyak sekali, seperti wetan kali Jali yaitu dulu Kabupaten Purworejo, dan Dolalak kulon kali Jali yaitu Kabupaten Kutoarjo yang memiliki Dolalak gagrak kulon kali Jali," paparnya.

Dia mengakui, pembahasan Dolalak sampai saat ini masih berlangsung dan tidak pernah final.

Pada pementasan Bisa Festival di Desa Pejagran ditampilkan lima atraksi kesenian, satu di antaranya Tari Dolalak dengan empat penari putri.

Penari Grup Dolalak Putri Wahyu Siwi tampil berberhijab. Penari mengenakan celana selutut dan dipadukan kaos kaki panjang selutut.

Melihat kostum penari Dolalak putri Wahyu Siwi tersebut, Sudibyo berpendapat lebih baik mengenakan celana panjang sekalian.

"Kostum penari putri Dolalak berhijab sebaiknya sekalian dengan celana panjang, daripada hanya celana selutut dipadukan pemakaian kaos kaki panjang," ujarnya usai acara.

Dia menambahkan persoalan kostum penari Dolalak putri telah menjadi kajian pegiat seni di Kabupaten Purworejo.

"Saya pernah mengikuti diskusi di lingkungan Dinas Pariwisata serta Pemuda dan Olahraga (Dinparpora), banyak yang keberatan dengan kostum tari Dolalak Putri kalau mengenakan celana pendek," tandasnya. (*)