Paradoks Lansia DIY Miskin Tetapi Bahagia
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Jumlah warga lanjut usia (lansia)
di Provinsi DIY semakin hari semakin bertambah. Bahkan sudah menduduki rangking
pertama nasional. Namun ada paradoks yang cukup unik, angka kemiskinan di provinsi
ini juga tinggi.
“Miskin tapi
kok bahagia," kata Drs Suripto
MSi, Wakil Ketua Komda Lanjut Usia (Lansia) DIY, Kamis (30/7/2020).
Hal yang
sama juga disampaikan Kepala Dinas Sosial Kota Yogyakarta Agus Sudrajat SKM Mkes
saat menghadiri silaturahim pengurus lansia Kota Yogyakarta dan Komda DIY di
gedung PKK Kota Yogyakarta.
Menjawab pertanyaan
koranbernas.id, Suripto mengatakan
tidak mungkin menolak masuknya lansia ke DIY terutama mereka yang pensiun kerja
di berbagai daerah kemudian memilih tinggal di Yogyakarta.
Apakah
pemilihan kota ini karena faktor ayem
tentrem, menurut dia, perlu ada penelitian lebih lanjut. Yang pasti, lanjut
Suripto, penelitian baru akan dilakukan Pusat Studi Kependudukan dan Kawasan (PSKK)
Universitas Gadjah Mada (UGM).
Diketahui, lansia
di DIY sudah mencapai 14 persen dari jumlah penduduk. Di Kota Yogyakarta saja kecenderungannya
meningkat.
Agus
Sudrajat menambahkan, berdasarkan data tahun 2018 terdapat 9,27 persen penduduk
lansia. Diprediksi pada 2045 angkanya melonjak menjadi 19,8 persen. Tingginya
jumlah lansia merupakan peluang namun bisa juga beban dalam mewujudkan lansia
yang sehat, mandiri dan produktif.
Sayang lansia
Di Kota
Yogyakarta banyak upaya dilakukan untuk warga lansia. Di antaranya melalui Gerakan
Sayang Lansia (Gersala) dengan berbagai aktivitas. Di antaranya mencakup
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial. Selain itu, juga mewujudkan berbagai
fasilitas umum ramah lansia.
Pemerintah
Kota (Pemkot) Yogyakarta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti hotel,
rumah sakit, toko di Malioboro, relawan mahasiswa UIN, Unisa dan RRI. Semua itu
tujuannya untuk menumbuhkan rasa percaya diri lansia bahwa mereka tetap dibutuhkan.
Agus
Sudrajat menyatakan benar Rumah Sehat Lansia (Rusela) akan dikembangkan di tiga
titik. Cakupannya tidak hanya bidang kesehatan tetapi juga psikologis bekerja sama
dengan psikolog. Sayangnya rencana itu terbentur anggaran yang kini dialihkan mengatasi
pandemi Covid-19.
Pertemuan
silaturahim kali ini merupakan kelima kalinya di seluruh kabupaten/kota. Dengan
keterbukaan seperti ini diharapkan penanganan lansia lebih terpadu dan disengkuyung OPD (Organisasi Perangkat
Daerah) terkait serta elemen masyarakat.
(sol)