Paving block dari Sampah Plastik Tak Pecah Dilindas Pesawat

Paving block dari Sampah Plastik Tak Pecah Dilindas Pesawat

KORANBERNAS.ID,BANTUL -- Kampung Kanggotan Kalurahan Pleret Bantul dicanangkan sebagai Kampung Bijak Sampah Berbasis Teknologi Hijau,Kamis (18/8/2022). Pencanangan dilakukan  di pendopo Joglo Semar Badranaya  Subyantaran Kanggotan yang merupakan kediaman Nur Subiyantoro  Wakil Ketua DPRD Bantul.

Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul,Ari Budi Nugroho, para panewu dan juga Lurah se Kabupaten Bantul.

Dalam kesempatan tersebut juga didemokan pengolahan sampah plastik menjadi beragam benda seperti pot,paving block dan batako. Caranya sampah plastik atau bisa juga  stereoform dicacah atau digiling kemudian dicampur pasir dan  dipanaskan dengan suhu tertentu menggunakan alat bertenaga listrik.

Setelah tercampur  dengan baik kemudian dimasukan ke dalam mesin press dan jadilah barang yang siap digunakan. Bahkan  untuk  batako ataupun  paving block tidak perlu dijemur, begitu jadi bisa langsung dimanfaatkan. Dari mulai penggilingan sampah hingga pencetakan produk membutuhkan waktu kurang dari 20 menit.

“Jadi alat ini kami yang menemukan dari Komunitas Bijak Sampah. Penelitian dilakukan sejak 2019 silam, dengan berulang kali kami lakukan ujicoba sampai akhirnya bisa digunakan untuk produksi seperti sekarang,” kata Pengasuh Kampung Bijak Sampah, Nur Subiyantoro.

Penggunaan alat pengolah sampah tersebut benar-benar sangat besar manfaatnya dalam rangka mengurangi sampah di masyarakat utamanya sampah non organik. Selain itu memiliki kemanfaatan secara ekonomi.

“Dengan menggunakan sampah plastik tadi maka sudah tidak diperlukan semen sebagai campuran namun sudah bisa merekat. Untuk kekuatanya ini sudah diuji di laboraturium PUPR di Bandung. Untuk kekuatan dan kelenturanya sangat tinggi, misal paving block ini  kuat ketika dilindas pesawat. Luar biasa,” paparnya.

Produksi dari alat tersebut pun bisa langsung digunakan tanpa perlu ada penjemuran. Juga tidak ada polusi berupa asap, karena menggunakan listrik. Jika dikalkulasi biaya produksi menggunakan alat ini lebih murah dibandingkan menggunakan alat biasa  dan pakai campuran semen.

Karena itu diharapkan temuan tersebut nantinya bisa direspon pemerintah sehingga semakin banyak tempat lain yang juga melakukan langkah serupa. Sehingga bumi terselamatkan dari sampah dan ada kemanfaatan  secara ekonomi.

“Alat ini sudah memenangkan lomba inovasi yang diadakan oleh Pertamina. Dari 4.000 karya, kita masuk dalam 5 besar,” jelasnya.

Sementara Ari mengatakan permasalahan sampah menjadi perhatian bersama. Maka diharapkan masalah sampah bisa terselesaikan di tingkat kelurahan agar tidak terbuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ataupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Untuk penyelesaikan sampah di  tingkat kalurahan, tentu antara kalurahan satu dengan yang lain tidak bisa disamakan. Karena  semua disesuaikan dengan  kearifan lokal masing-masing.“Maka adanya alat ini menjadi salah satu solusi untuk mengurai  permasalahan sampah,” katanya. (*)