Pedagang Gorengan Sulit Memperoleh Minyak Goreng Bersubsidi

Pedagang Gorengan Sulit Memperoleh Minyak Goreng Bersubsidi

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Minyak goreng subsidi dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14.000 sekilo sulit diperoleh pedagang gorengan. Sehingga minyak goreng curah atau minyak goreng nonsubsidi menjadi pilihan agar usahanya terus berjalan.

Nurohman dan Yoga, pedagang gorengan di Jalan Pahlawan, Kebumen, kepada koranbernas.id mengungkapkan, tidak mudah membeli minyak goreng dengan HET Rp 14.000.

"Saya tadi membeli minyak goreng curah dengan harga Rp 20.000 sekilo," kata Nurohman, Rabu (15/2/2022).

Sejak ada minyak goreng dengan HET Rp 14.000 sekilo, belum pernah membeli karena barangnya sulit didapat.

Pengakuan sama diungkapkan Yoga. Adanya pembatasan membeli paling banyak 2 kilogram, menyulitkan usahanya karena kebutuhan sehari 4 kilogram.

Pedagang tahu krispi ini menggunakan minyak goreng kemasan dengan harga lebih dari Rp 14.000. "Saya beli minyak kemasan, satu paket isi 12 botol, harganya Rp 200.000,” kata Yoga.

Nurohman dan Yoga tidak menaikan harga dagangan dengan alasan khawatir konsumennya berkurang. "Untung berkurang sedikit yang penting berkah," kata Nurohman, pedagang tahu dan ayam goreng krispi.

Yoga mengaku pernah menaikan harga tahu, dari Rp 500 sebiji menjadi Rp 2.000 tiga biji. Tapi penjualanya turun drastis. Pelanggannya berkurang. Omset usahanya kembali normal setelah harga tahu gorengnya dikembalikan Rp 500.

Kepala Dinas Perdagangan dan Koperasi Kebumen, Frans Haedar, mengungkapkan penyerapan pasar terhadap minyak goreng bersubsidi tinggi. Sehingga di toko-toko yang menjual minyak goreng subsidi sering kosong. "Bukan terjadi kelangkaan. Barang datang, habis dibeli," kata Frans.

Minyak goreng nonsubsidi tersedia cukup di pasar-pasar tradisional serta penjual minyak goreng curah. Harganya di atas HET minyak goreng subsidi. (*)