Pekan Budaya Difabel 2021, Membangun Kolaborasi Dua Arah dalam Ekosistem Inklusi

Pekan Budaya Difabel 2021, Membangun Kolaborasi Dua Arah dalam Ekosistem Inklusi

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA--Pekan Budaya Difabel (PBD) 2021 hadir kembali. Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, membuat penyelenggaraan tahunan ini dilakukan secara hybrid. Pada penyelenggaraan ketiga ini, PBD mengangkat tema “Gemati” yang dalam Bahasa Jawa berarti pengertian yang tulus, alias sayang sekali.

“Tema ini dipilih, karena rasa ini penting dalam relasi manusia dan sejalan dengan gagasan inklusif dalam isu disabilitas,” papar Purwiati, Kepala Seksi Seni Dinas Kebudayaan Yogyakarta saat konferensi pers, Selasa (23/11/2021)

Gemati, lanjut Purwiati, memperkuat hubungan. Gemati adalah saling paham, menyesuaikan, dan menata rasa, tidak hanya antar difabel tetapi juga dengan non difabel. Dengan Gemati, kita menjadi mau dan mampu membangun sinergi dan kolaborasi dua arah dalam ekosistem inklusi. Masyarakat inklusi yang harmonis akan tercipta.

“Dengan pendekatan kebudayaan, PBD 2021 yang berlangsung 28 November hingga 3 Desember 2021 ini diharapkan memberikan ruang interaksi dan relasi bagi difabel dan juga non-difabel untuk memupuk gemati dalam diri masing-masing,” lanjutnya.

Rangkaian Pekan Budaya Difabel antara lain, Gemati Pitutur (Workshop) dilaksanakan 13-18 November 2021. Workshop keterampilan bagi pendamping disabilitas di 5 (lima) kabupaten dan kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Workshop ini ditujukan untuk memberikan pembekalan bagi para pendamping di setiap daerah agar pelayanan mereka bagi terwujudnya masyarakat inklusi semakin memberikan dampak positif,” kata dia.

Adapun workshop yang akan diberikan adalah perihal pengasuhan anak dan juga kewirausahaan. Workshop yang dilakukan tim PBD Yogyakarta antara lain, Eco Print, Makanan Bersertifikasi, Pengasuhan Difabel, Belajar Bahasa Isyarat, Parenting untuk Disabilitas, Kewirausahaan dan Motivasi, Budidaya Lele dalam Ember, Bagaimana Berinteraksi dengan Difabel.

Ketua acara PBD 2021, Broto Wijayanto menambahkan, fokus pertama dalam Pekan Budaya Difabel adalah kepada pendamping. Bekerjasama dengan Kabupaten/Kota melalui Dinas Sosial [karena disana ada pendamping disabilitas] kemudian pendamping disabilitas ini membentuk pengasuh dan pendamping di kecamatan dan kelurahan.

“Hal ini menarik bagi kami, karena justru merekalah yang betul-betul bertemu langsung dengan teman-teman disabilitas hingga ke akar-akarnya,” imbuh Broto.

“Lewat Pekan Budaya Difabel ini pula kami sengaja mencari anak-anak muda agar mereka teracuni dengan dunia inklusi dan bisa bergerak dengan cepat. Sehingga betul-betul bisa mendampingi para pendamping,”tandasnya.

Pekan Budaya Difabel 2021 akan membuat beberapa karya pertunjukan dari komunitas inklusif yang melibatkan difabel dan non difabel. Pertunjukan mencakup banyak bidang kesenian seperti tari, musik, atau teater. Karya-karya akan ditampilkan dalam beberapa kesempatan, yakni sebagai pembukaan talkshow, pembukaan pameran, serta saat pameran produk berlangsung.

Sebuah karya operet yang melibatkan difabel dan non-difabel juga akan digelar dalam Pekan Budaya Difabel 2021. Proses operet disutradarai oleh seniman peran/teater Broto Wijayanto, dan dapat disaksikan secara daring, serta mengikuti protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. (*)