Pelestarian Warisan Budaya Melalui Karya Fotografi Wayang

Pelestarian Warisan Budaya Melalui Karya Fotografi Wayang

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Ruang Masyarakat untuk Ketemu (RUMAKET) menyelenggarakan workshop dengan topik “Dibalik Proses Kreatif Fotografi Wayang”, Jumat (24/9/2021). Workshop ini merupakan sebuah wadah bertemunya pelaku pelestari warisan budaya tak benda di Kota Yogyakarta.

Workshop ini membicarakan seputar kolaborasi antara tiga fotografer, yaitu Surisman Marah, Johny Hindarta, dan Fauzie Helmy dengan tiga dalang yaitu Faisal Nur Singgih, Fani Rickyansyah, dan Bayu Aji Nugroho. Kaitannya, proses kreatif fotografi wayang di berbagai lokasi cagar budaya kota Yogyakarta untuk kemudian menghasilkan karya luar biasa yang sarat filosofi Jawa dan kental dengan nilai budaya masyarakat Jawa, khususnya kota Yogyakarta.

Seniman fotografi, Surisman Marah, mengakui mendapat keasyikan tersendiri saat dirinya mengekplorasi fotografi wayang ini. Namun dia merasa filosofi dan nilai wayang yang dipahaminya belum cukup. Untuk itu, seniman asal Bukittinggi ini mengajak dalang Daisal Nur Singgih untuk berkolaborasi dan menjabarkan wayang untuknya.

"Ada nilai dalam cerita wayang yang sangat menyentuh hati saya. Saya pernah menjelek-jelekkan Dasamuka, namun isteri saya menjelaskan, jangan kamu salahkan Dasamuka, dia menculik Shinta, tapi dia tidak menyentuhnya sampai Shinta mau menerima cintanya," terang Risman dalam paparannya pada workshop RUMAKET.

"Ada keperwiraan dalam diri Dasamuka yang perlu diketahui masyarakat," imbuh dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.

Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, sangat mendukung kegiatan rangkaian RUMAKET tersebut. Ia berharap, dengan adanya kegiatan ini budaya wayang dapat terus berkembang di tengah kemajuan zaman.

”Pemaknaan terhadap sebuah tokoh dalam wayang pastinya memiliki arti. Saya berharap melalui kegiatan ini tokoh-tokoh wayang terus berkembang walau adanya perbedaan jaman namun tidak meninggalkan nilai sejarahnya. Namanya dunia seni, harus ada penyegaran terhadap interpretasinya,” kata Heroe.

Heroe berharap nantinya semua masyarakat ikut melihat dan mengamati hasil karya fotografer profesional yang mengemas foto berisikan gambaran sejarah mengenai wayang dan kota Yogyakarta.

”Semoga masyarakat kota Yogyakarta dengan adanya RUMAKET ini dapat menambah kecintaannya terhadap wayang dan diharapkan masyarakat ikut berperan aktif dalam menggali penginggalan budaya di kota Yogya,” ujarnya.

Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menyatakan kegiatan ini dapat menjadi sebuah wadah bagi pelaku seni budaya serta para pemangku kepentingan untuk bertemu dan berinteraksi membangun jejaring sehingga memberi manfaat dalam proses berkolaborasi.

“Dengan adanya acara workshop perayaan warisan budaya tak benda yang mengambil topik dibalik proses kreatif fotografi wayang ini dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai tujuan dari penyelenggaraan rumaket," jelas Yetti.

Salah satu alasan mengangkat tema wayang, Yetti melanjutkan, adalah karena wayang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.

"Juga sebagai upaya pelestarian serta pengembangan warisan budaya tak benda khususnya wayang," katanya.

Workshop ini bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang warisan budaya tak benda, meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap warisan budaya tak benda, khususnya wayang. Kemudian agar masyarakat ikut berperan aktif dalam menggali potensi warisan budaya tak benda yang ada di kota Yogyakarta. (*)