Pengusaha Pribumi Tak Boleh Hanya Jadi Penonton

Pengusaha Pribumi Tak Boleh Hanya Jadi Penonton

KORANBERNAS.ID – Wakil Ketua DPP HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia), Wawan Setiawan, berharap para pengusaha pribumi tidak hanya menjadi penonton gegap gempitanya perekomian di negeri ini.

Sebagaimana dipersiapkan oleh pendirinya, HIPPI sebagai salah satu kekuatan ekonomi bangsa harus mampu menjadi tuan di negeri sendiri.

“Kita nggak boleh jadi penonton,” ujarnya pada Pelantikan Pengurus DPD HIPPI DIY, Rabu (30/10/2019), di Hotel Forriz Jalan HOS Cokroaminoto Yogyakarta.

Pelantikan ditandai pengucapan sumpah dan penandatanganan berita acara pelantikan,  dilanjutkan penyerahan pataka dari Wawan diterima Ketua Umum DPD HIPPI DIY, Dr Sarbini M Phil, yang oleh rekan-rekannya akrab disapa Mbah Ben itu.

Dalam kesempatan itu dilakukan launching website HIPPI DIY.

Wawan kepada wartawan di sela-sela acara menyatakan bersyukur bisa menghadiri momentum bersejarah ini. “Saya bisa mendampingi Ketua Umum DPD HIPPI DIY terpilih,” ujarnya.

Itu sebabnya dia mengapresiasi sekaligus memberi arahan DPD HIPPI DIY menjalin hubungan yang imtim dengan jajaran Pemda di Provinsi DIY. HIPPI ibarat anak sedangkan pemerintah sebagai orang tua.

“Hubungan kerja sama itu yang tidak boleh hilang, jika ingin jadi anak yang baik kita harus akrab dengan ayah,” tambahnya.

Dengan begitu segala potensi yang dimiliki HIPPI diprioritaskan oleh pemda.

Dia mengakui, di tengah arus besar globalisasi ditandai merajalelanya penggunaan internet, para anggotanya yang terdiri dari pengusaha menengah kecil tidak bisa lepas dari teknologi.

“Apalagi di DIY banyak universitas dan gudangnya ilmu. Luar biasa Mbah Ben bisa merangkul generasi muda untuk mengangkat derajat UMKM dan menjadi partner utama pemda,” kata dia.

Bidang garapan HIPPI DIY tidak perlu yang sulit dilaksanakan, cukup fokus pariwisata, kerajinan dan UMKM. “Kami yakin dengan kepemimpinan Mbah Ben di DPD HIPPI DIY,” tandasnya.

Mbah Ben menambahkan, begitu dipercaya memimpin organisasi itu dirinya siap menjadikan HIPPPI istimewa.

“Visi dan miksi kami adalah UMKM, ekonomi kreatif dan wisata. Kita gerakkan supaya lebih hebat lagi. Yogyakarta tanpa pariwisata tidak ada apa-apanya,” jelasnya.

1.000 pengusaha

Mbah Ben mengakui mendapat amanat cukup berat karena harus mampu merekrut 1.000 pengusaha yang terkoneksi ke pasar nasional maupun internasional.

“Untuk menjebol target, kabinet HIPPI DIY dari yang muda-muda. Kami langsung perbarui DPC. Dan akan kami beri kuota 75 persen pebisnis asli. 25 persen calon pebisnis. Untuk memantau desa, ujung tombak ada di DPC. Selama DPC aktif maka DPD akan maju,” tandasnya.

Seperti halnya harapan HIPPI pusat, DIY fokus pada tiga produk. Pertama, kuliner yang menjadi motor pendongkrak ekonomi saat ini. Kedua, fashion untuk menggerakkan batik. Ketiga, kriya.

Seperti diketahui produk kriya dari DY selama ini dikirim ke Bali, Jakarta maupun kota-kota lain di Indonesia. “Ketiganya mendominasi bisnis di Jogja,” katanya.

Dia yakin, anggota HIPPI DIY mampu meraih sukses asalkan memakai prinsip bekerja tidak atas nama HIPPI DIY tetapi atas nama Yogyakarta. Dengan cara seperti itu HIPPI akan maju dengan sendirinya.

Tak lupa, organisasi ini juga akan terus berdampingan dengan dinas terkait seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian maupun Dinas Pariwisata.

“UMKM adalah potensi kekuatan riil, kita akan gerakkan menjadi kekuatan raksasa,” kata Mbah Ben. (sol)