Penjualan Batik Giriloyo Imogiri Anjlok

Penjualan Batik Giriloyo Imogiri Anjlok

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Hantaman pandemi Covid-19 setahun terakhir berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Salah satunya Kampung Batik Tulis Giriloyo Kalurahan Wukirsari Kapanewon Imogiri Bantul.

Omzet penjualan batik di tempat ini anjok alias turun drastis. Selama ini para perajin mengandalkan penjualan dari kunjungan wisatawan. Padahal sektor pariwisata lumpuh.

Ketua Paguyuban Pembatik Giriloyo, Nur Ahmadi, saat ditemui koranbernas.id, Sabtu (27/2/2021), menyampaikan total pengrajin yang terdampak 540 orang. Mereka terwadahi dalam 12 kelompok dan satu paguyuban.

“Kiat untuk bertahan ya saat ini adalah terus membatik. Lalu kita berusaha terus menjual,” ungkapnya di sela-sela pelatihan Teknik Fotografi, Komunitas Penerima Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Republik Indonesia Angkatan 168.

Dia mengakui, jumlah kunjungan wisatawan ke sentra batik ini menurun. Setidaknya, dalam catatan paguyuban pada 2019 jumlah kunjungan 28.000 orang. Pada 2020 hanya kisaran 7.500-an wisatawan.

Ketika ada pelatihan fotografi termasuk mensiasati pandemi dengan digital marketing, para perajin menyambutnya. Pelatihan itu dinilai sangat besar manfaatnya.

“Selama ini sudah ada pelatihan beberapa kali. Karena keterbatasan SDM, banyak perajin belum biasa menggunakan  internet maka penjualan online juga terkendala. Menyangkut kualitas foto, dengan adanya pelatihan ini diharapkan perajin bisa menghasilkan foto menarik,” kata Nur.

Adapun story telling termasuk membuat deskripsi produk, juga masih harus terus diajarkan.

Suraya selaku koordinator kegiatan dari Komunitas Penerima Beasiswa LPDP RI Angkatan 168 (Nala Bumintara) mengatakan, sebelum ada pendampingan dan pelatihan pihaknya telah melakukan assessment (penilaian).

Ternyata, kata dia, untuk mendongkrak penjualan, perajin butuh pemasaran digital didukung kualitas foto yang bagus, sehingga mampu meyakinkan pembeli.

“Kita sekarang memperkenalkan angel foto, pencahayaan, tone (nilai warna yang menunjukkan tingkat kecerahan paling dominan), aksesori saat mengambil foto seperti apa dan aspek lain. Mereka menggunakan teknologi sederhana memakai kamera hape,” katanya.

Pelatihan yang menghadirkan narasumber Rizal Subkan ini merupakan kick off, karena pendampingan ini berlangsung sembilan bulan ke depan.

“Februari hingga April kita fokus teknik fotografi. Bulan selanjutnya kita ajarkan menulis termasuk bagaimana membuat caption yang menarik,” katanya.

Selain itu, juga akan dilakukan penataan konten website milik paguyuban. Suraya melihat saat ini masih monoton seperti semacam profil saja.

Artinya perlu pembaruan konten supaya lebih menarik. “Saat membuka website serasa orang ikut melihat-lihat batik Giriloyo secara lebih dalam,” katanya.

Perwakilan Angkatan PK 168 LPDP, Richi Yuliavian, mengatakan kegiatan ini merupakan wujud pengabdian LPDP kepada masyarakat, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut LPDP yaitu integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan dan kesempurnaan.

Social project ini, kata Richi, untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat pembatik di Yogyakarta, khususnya Kampung Batik Giriloyo. (*)