Penyair Baca Puisi di Tepi Kolam Ikan, Ini Alasannya

Penyair Baca Puisi di Tepi Kolam Ikan, Ini Alasannya

KORANBERNAS.ID, BANTUL – Ada banyak pilihan panggung maupun tempat pembacaan puisi. Penyair yang satu ini memilih membacakan puisi karyanya di tepi kolam ikan dengan latar belakang persawahan.

Setidaknya ini dilakukan Tentrem Lestari, perempuan penyair dari Magelang saat mengisi acara poetry reading from home Sastra Bulan Purnama edisi 112 yang ditayangkan di youtube, Kamis (28/1/2021). Mungkin alasannya agar suasana terasa puitis. Mungkin pula dimaksudkan untuk memperkuat pembacaan puisi karyanya sendiri.

Berbeda dengan Tentrem, penyair muda dari Magelang, Rekki Zakkia, mengambil tempat ruang perpustakaan berlatar belakang buku-buku. Ada pula yang memilih tempat tepi bendungan air, seperti dilakukan Onet.

Begitulah, tersedia berbagai lokasi pembacaan puisi untuk menandai poetry reading from home. Kata home, memang tidak menunjuk di dalam rumah. Dalam konteks Sastra Bulan Purnama masa pandemi, home lebih dimaksudan tidak tampil di panggung pertunjukan berhadapan langsung dengan penonton.

Sejumlah 38 penyair dari Magelang menerbitkan buku puisi Taman di Seberang Ingatan. Tidak semua penyair yang puisinya ada di dalam buku tersebut ikut membaca puisi.

Sebagian tidak bisa hadir saat proses pengambilan gambar atau sebagian lagi hadir dan membaca puisi tetapi hasil rekaman suaranya kurang jelas, seperti dialami Hernadi Sasmoyo Aji.

Wah, aku tidak ikut ditampilkan, tapi tidak apa-apa, karena yang lain sudah mewakili penyair Magelang,” ujarnya usai melihat live Sastra Bulan Purnama di youtube.

Beberapa penyair lain tampil di lokasi yang sama. Semuanya mengambil panggung konvensional. Mereka membaca puisi dengan mengambil jarak terhadap publik. Panggung dan tempat duduk berjarak beberapa meter. Mereka yang tampil di panggung di antaranya Esty Purwanti, Agus Munaji, Murni Suryo, Vera Susanti dan Damrtoz Andreas.

Sejumlah penyair mengabaikan panggung konvensional dan melihat ruang digital sebagai bentuk panggung yang lain. Sebut saja Titin, Tentrem Lestari, Rekki, Onet, Andam Aulia, Danu Sang Bintang yang memilih lokasi berbeda untuk membaca puisi. Bagi mereka ruang digital adalah panggung untuk bertemu secara virtual, berjarak tetapi seolah-olah dekat.

Tatkala para penyair Magelang membacakan puisi karyanya, seorang di antaranya,  Yuli Purwanti, memilih menggubah puisinya menjadi lagu diiringi orgen, untuk memberikan suasana lain.

Selama sembilan tahun sejak Oktober 2011 sampai Maret 2020, Sastra Bulan Purnama diselenggrakan offline di ruang terbuka atau di pendapa. Sejak pandemi mulai April 2020 event rutin beralih ke virtual.

“Berkerumun memang dilarang tetapi membaca puisi diperbolehkan. Membaca puisi dan berinterakasi dari rumah masing-masing masih bisa dilakukan. Membaca puisi seperti itu kita sebut poetry reading from home, setidaknya seperti anjuran work from home,” ujar Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama. (*)