Penyair Ini Memilih Bersembunyi, Terbitlah Sepatu Ukuran Kupu

Penyair Ini Memilih Bersembunyi, Terbitlah Sepatu Ukuran Kupu

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Dua buku puisi karya dua penyair Yogyakarta yang menulis puisi sejak tahun 1970-an akan diluncurkan melalui youtube Sastra Bulan Purnama edisi 14, Minggu (28/3/2021) malam. Kedua buku itu berjudul Sepatu Ukuran Kupu karya Fauzie Absal dan Teka-Teki Abadi karya Marjuddin Suaeb.

Peluncuran buku puisi ini sekaligus merayakan ulang tahun keduanya yang jatuh di bulan Maret. Fauzie Absal pada Maret 2021 ini usianya genap 70 tahun. Marjuddin Suaeb usianya 67 tahun.

Kedua penyair ini sudah bersahabat sejak pertengahan 1970-an sejak aktif di Persada Studi Klub asuhan Umbu Landu Paranggi.

Penerbitan dua buku puisi ini memang untuk ulang tahun keduanya sekaligus menghormati Umbu Landu Paranggi, sang guru. Maka, dua buku puisi itu dikirimkan kepada Umbu Landu Paranggi.

Selama 40 tahun menulis puisi, belum pernah puisi Fauzie Absal diterbitkan secara tunggal. Lebih banyak diterbitkan dalam bentuk antologi puisi bersama. Tahun 1990-an buku puisinya pernah akan diterbitkan, tapi batal. Sebabnya tidak pernah diketahui Fauzie Absal.

“Ini kali pertama puisi saya diterbitkan menjadi buku pada saat usia saya 70 tahun, mungkin sekligus sebagai kado ulang tahun,” ujar Fauzie Absal.

Sedangkan Marjuddin pernah memiliki buku puisi. Namun dalam pengakuannya buku puisi yang diterbitkan tanpa menyertakan ISBN. Seperti halnya Fauzie, puisi-puisi Marjuddin juga banyak diterbitkan dalam antologi puisi bersama. “Buku yang diterbitkan ini menyertakan ISBN sehingga saya merasa senang,” kata Marjuddin.

Marjuddin tinggal di Kulonprogo dan Fauzie Absal tinggal di Bantul. Keduanya sejak lama bersahabat seolah-olah seperti bersaudara.

Puisi-puisi kedua penyair ini akan dibacakan sendiri oleh penyairnya maupun pembaca lain seperti Ana Ratri, seorang pemain teater, Rosana Hariyanti, pengajar di FIB Universitas Brawijaya, Retno Darsi Iswandari, penyair alumni FIB UGM tinggal di Australia, Sumanang Tirtasujana penyair, tinggal di Purworejo.

Akan tampil Ugo Untoro, seorang perupa, yang karya-karyanya memiliki harga cukup tinggi. Ugo akan membacakan puisi karya Fauzie Absal dan Marjuddin Suaeb.

Akan tampil juga, Titok Hariyanto, yang dikenal sebagai aktivis  dan sekarang lebih banyak melakukan penelitian. Pembaca lainnya Dhanu Priyo Prabowo, peneliti sastra Jawa, Santi Asesanti dan Tio Kotagede.

Puisi Fauzie Absal dan Marjuddin juga akan digarap menjadi lagu oleh Daladi Ahmad, seorang penyair sekaligus guru SMP, tinggal di Magelang yang sering menggarap puisi menjadi lagu diiringi gitar.

Vincensius Dwimawan, tinggal di Depok, Jabar, seorang perupa dan pernah aktif di Teater Dinasti Yogya tahun1980-an serta bermain musik di grup teater tersebut, akan menggubah dua puisi karya Fauzie Absal dan Marjuddin menjadi lagu.

Ons Untoro selaku koordinator Sastra Bulan Purnama yang juga bersahabat dengan kedua penyair tersebut sejak tahun 1980-an menyebutkan, keduanya memilih bersembunyi tetapi terus menulis puisi.

Kecintaannya terhadap puisi tidak pudar meskipun era digital bisa dikatakan  “mengasingkan” keduanya. “Saya kira kedua penyair tersebut perlu dihadirkan di depan publik agar karyanya dikenal. Kalau dia menulis tetapi tidak dipublikasikan orang tidak akan tahu. Saya yakin, penyair muda milenial di Yogya mengenal nama kedua penyair tersebut, hanya mungkin belum pernah bertemu,” ujar Ons Untoro.

Di Persada Studi Klub (PSK), kedua penyair ini seangkatan Emha Ainun Najib, Sutirman Eka Ardhana, Slame Riyatd Sabrawi (alm), Linus Suryadi AG (alm) dan nama-nama lain termasuk Mustofa W Hasyim, Yudhistira Massardi. (*)