Perajin Batik Lendah Empat Bulan Tidak Produksi

Perajin Batik Lendah Empat Bulan Tidak Produksi

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO -- Pandemi virus Corona atau Covid 19 berdampak sangat luar biasa terhadap perekonomian. Selama empat bulan sejak Maret sampai Juni 2020 para perajin batik tergabung dalam Paguyuban Perajin Batik Lendah Kulonprogo sama sekali tidak produksi. Mereka hanya berupaya menjual batik hasil produksi sebelum pandemi.

“Sejak Maret kami tidak produksi. Sebelum Maret kami produksi besar-besaran untuk persiapan menyambut hari lebaran. Biasanya satu bulan menjelang lebaran permintaan kain batik meningkat tajam. Namun tahun ini terjadi pandemi bersamaan dengan hari lebaran sehingga permintaan kain batik merosot tajam," ungkap Umbuh Haryanto, Ketua Paguyuban Perajin Batik Lendah Kulonprogo saat menerima kunjungan Komisi B DPRD DIY, Senin (6/7/2020) silam.

Hal yang sama disampaikan Agus Fatkhurohman. Sejak Maret 2020 penjualan kain batik menurun tajam hingga 90 persen lebih. “Terpaksa kami tidak produksi dulu. Konsentrasi menjual stok yang sudah ada untuk bertahan di masa pandemi," ujarnya.

Komisi B DPRD DIY yang salah satunya membidangi UMKM terus melakukan pemantauan terhadap UMKM yang terdampak pandemi Covid 19. Kunjungan kerja ini dipimpin langsung Ketua Komisi B DPRD DIY, Danang Wahyu Broto.

Stok produk kain batik siap jual masih menumpuk. (istimewa)

“Kami dari Komisi B DPRD DIY datang ke Lendah untuk mengetahui kondisi riil UMKM. Ini menjadi dasar kami untuk mengusulkan ke pemerintah dalam upaya pemulihan pasca-pandemi Covid-19," kata Danang.

Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro menambahkan, harus ada upaya memulihkan kondisi mereka setelah terdampak Covid-19.

Ada satu persoalan yang harus ditindaklanjuti oleh pemerintah yakni persiapan recovery perekonomian khususnya batik.

Untuk memulihkan kondisi perajin batik Lendah yang terdampak Covid-19 diperlukan sebuah event yang menunjukkan batik Lendah masih ada. “Di APBD harus ada pagu anggaran penyelenggaraan acara yang menarik sebagai salah satu cara memasarkan batik," ujarnya.

Kabupaten Kulonprogo memperoleh alokasi Dana Keistimewaan cukup besar tahun ini sebesar Rp 112 miliar. Dana itu bisa digunakan untuk mengadakan event budaya sebagai upaya memasarkan batik. (sol)