Perjalanan Panjang Membuat Malioboro Tetap Nyaman untuk Semua

Perjalanan Panjang Membuat Malioboro Tetap Nyaman untuk Semua

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA  -- Upaya Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta membuat kawasan Malioboro tetap nyaman bagi semua terus berjalan. Rupanya, sejak puluhan tahun silam tahapan demi tahapan kebijakan diberlakukan di kawasan yang menjadi ikon pariwisata Yogyakarta tersebut.

Malioboro yang terletak tepat di sumbu filosofi atau sumbu imajiner Yogyakarta, sejak 2019 telah diusulkan menjadi salah satu Warisan Budaya Dunia Tak Benda ke UNESCO. Berkaitan dengan hal tersebut, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan bersama antara pemilik kebijakan dengan masyarakat luas baik wisatawan maupun mereka yang mencari penghidupan di Malioboro.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti,  saat ditemui di Kantornya beberapa waktu lalu menjelaskan, berkaitan dengan kawasan Malioboro yang merupakan bagian dari sumbu filosofis, di mana itu dijadikan sebagai bagian dari warisan budaya dunia, sudah berproses sejak beberapa puluh tahun lalu. Salah satunya menginisiasi untuk menjadikan Malioboro itu sebagai kawasan pedestrian yang ramah pejalan kaki.

"Bukan kemudian tidak ada kendaraan bermotor, akan ada tetapi tertentu saja ada kendaraan yang diperbolehkan, antara lain angkutan umum, kendaraan-kendaraan operasional kedaruratan seperti pemadam kebakaran, ambulans dan lain-lain. Dan tentu kendaraan tidak bermotor atau kendaraan tradisional," terangnya.

Sebagai kawasan yang memiliki daya tarik dari seluruh penjuru negeri, banyak yang harus dilakukan untuk membuat Malioboro nyaman, baik dari sisi orang yang melakukan mobilitas atau orang yang memang mencari nafkah di kawasan ekonomi tersebut. Antara lain sudah dilakukan penataan dari sisi street furniture oleh Dinas Pekerjaan Umum. Sementara Dinas Perhubungan memberi dukungan mewujudkan pedestrian itu dengan melakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas.

"Sekarang mungkin sudah merasakan bagaimana kemudian arus lalu lintas itu untuk di seputaran kawasan Malioboro itu kita buat satu arah atau yang disebut dengan Giratori (berlawanan arah dengan jarum jam-red)," jelasnya.

Selain itu, lanjut Made, pihaknya melakukan penataan-penataan khususnya ruas jalan pada sirip-sirip menuju jalan utama, karena ini menjadi hal yang sangat penting. Pihaknya tidak sendiri, yaitu berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta di mana untuk mewujudkan itu ada pembagian peran di situ.

"Sekarang untuk mewujudkan itu kami di Dinas Perhubungan sudah sesuai dengan visi, yaitu perwujudan kawasan low emission, di mana kawasan tersebut menjadi ramah lingkungan. Apa yang kita targetkan sebagai kawasan pedestrian itu merupakan bagian dari support," kata dia.

Persiapan kantong parkir di sekitar kawasan Malioboro juga merupakan salah satu bentuk dukungan. Namun jika masyarakat tidak sadar dalam pilihan menggunakan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi, maka seberapa pun banyaknya disiapkan kantong parkir pasti tidak akan cukup.

"Kami mengharap pihak swasta yang memiliki usaha di kawasan Malioboro juga menyiapkan tempat parkir, bukan semata-mata dari pemerintah provinsi atau pemerintah kota. Ada banyak cara, misal menyewa tepat untuk dijadikan parkir komunal," lanjutnya.

Wacana pemindahan pedagang kaki lima ke bekas Bioskop Indra dan bekas Dinas Pariwisata, Made menyebut, dari segi transportasi tidak menjadi masalah. Dalam artian akses ke dua lokasi tersebut tentu sejak sekarang pun mudah diakses.

"Sebenarnya sama saja itu, semuanya memungkinkan. Ini kan persoalan penataan. Yang dulunya mungkin berjajar sepanjang Malioboro kemudian dipusatkan seperti itu. Dari sisi pengaturan lalu lintas Saya kira tidak ada masalah. Dengan adanya (titik relokasi) dari ujung ke ujung. Orang malah bisa menikmati Malioboro dengan nyaman ketimbang dia naik kendaraan," paparnya.

"Saya kira itu menjadi hal yang sangat penting, Untuk ke Indra pun orang mudah kok. Semua ini proses, Mudah-mudahan prosesnya sesuai desain, maka akan memudahkan konektivitas antara parkir Beskalan dengan eks Bioskop Indra," lanjutnya.

Menurut dia, pemerintah maksudnya sangat baik, bukan cara pemerintah untuk mendapatkan sesuatu dengan merugikan rakyat. Hal ini sudah dipikirkan, bahkan sangat-sangat dipikirkan.

“Mungkin dari sisi omzet agar bisa meningkat, dari sisi pembinaan, penataan dan lain-lain. Dengan demikian orang akan banyak berkunjung jika Malioboro itu nyaman," tandasnya. (adv)