Persyarikatan Muhammadiyah Hadapi Disrupsi Teknologi Digital

Persyarikatan Muhammadiyah Hadapi Disrupsi Teknologi Digital

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Persyarikatan Muhammadiyah tahun ini berumur 110 tahun. Seiring bertambahnya usia, persyarikatan ini menghadapi tantangan yang luar biasa yakni disrupsi teknologi digital.

“Muhammadiyah dapat mengambil peran, tidak hanya merespon secara reaktif saja, namun juga melakukan upaya-upaya transformasi digital agar menjadi pelaku utama sebagai disruptor,” ungkap Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Muchlas MT dalam Seminar Pra Muktamar ke-16 bertema “Media, Masyarakat, dan Dakwah Muhammadiyah” di kampus IV UAD, Kamis (10/3/2022).

Menurut Muchlas, Muhammadiyah harus mampu mengambil peran yang signifikan. Khususnya dalam perjalanan dakwah Muhammadiyah di era digital agar menjadi lebih efektif.

Sebab Muhammadiyah memiliki kewajiban dan spirit melakukan transformasi digital. Dengan demikian persyarikatan ini dapat memberikan banyak dedikasi dan pengabdian bagi bangsa Indonesia.

“Muhammadiyah berperan dalam memberikan sumbangan besar bagi kemanusiaan, terkhusus di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tandasnya.

Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad mengungkapkan, saat ini Muhammadiyah menghadapi tantangan besar yang ditandai dengan kehadiran internet. Karenanya peran Muhammadiyah dalam merespons keberadaan revolusi digital penting dilakukan.

“Termasuk, bagaimana amal usaha Muhammadiyah mampu menanggapi perubahan yang terjadi di masyarakat digital. Sehingga Muhammdiyah harus merespon setidaknya dengan tiga langkah, yakni antisipasi, adaptasi, dan inovasi,” tandasnya.

Langkah antisipasi yang bisa dilakukan, lanjut Danang adalah dengan mencermati perubahan masyarakat dari waktu ke waktu. Langkah adaptasi dengan menyesuaikan perangkat lama yang masih bisa direkonstruksi dengan tuntutan zaman bisa dilakukan melalui inovasi.

“Muhammadiyah harus dengan serius menghadapi perubahan ini. Ketika dunia berlari, maka Muhammadiyah harus berlari mengimbangi perubahan tersebut,” jelasnya.

Ditambahkan Sekretaris PP Muhammadiyah, Agung Danarto, penggunaan media sosial bukan lagi sebagai kebutuhan sampingan. Namun masyarakat sudah tergantung dengan internet.

Di tengah proses revolusi digital yang terus berlangsung, Agung bersyukur sebab Muhammadiyah di era masa lalu dengan amal usahanya bisa mewarnai dunia modern. Namun hal ini sekaligus jadi peringatan bagi Muhammadiyah saat terjadi revolusi teknologi digital, jika Muhammadiyah tidak mengambil peran maka, tidak hanya ketinggalan tapi akan terlindas dengan revolusi itu sendiri.

“Revolusi digital sangat penting, sekaligus sebagai edukasi bagi warga muhammadiyah agar memandang permasalahan ini adalah hal yang serius dan penting, seperti halnya dulu Muhammadiyah memandang pentingnya mendirikan amal usaha pendidikan, kesehatan dan lainnya,” paparnya.(*)