Petani Masih Enggan Memanfaatkan Mesin Tanam Padi

Petani Masih Enggan Memanfaatkan Mesin Tanam Padi

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Petani yang tergabung dalam  Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Jaya, Desa  Kembaran,  Kecamatan Kebumen, Kabupaten  Kebumen, mulai menerapkan tanam padi dengan mesin (mekanisasi). Meskipun mesin tanam padi ini bisa lebih cepat waktu tanamnya dibanding  dengan tanam manual, namun masih sedikit petani yang menggunakan mesin tanam padi  bantuan Kementerian Pertanian.

Ketua Gapoktan Rukun Jaya, Muhamad A Fauzi, kepada koranbernas.id, di sela tanam padi, Jumat  (14/2/2020), menjelaskan penggunaan  mesin tanam padi hanya memerlukan waktu 30 menit untuk menanam padi di hamparan sawah seluas 100 ubin atau 1.400 meter persegi. Dibandingkan dengan cara manual, dengan tenaga manusia, membutuhkan waktu sehari.

“Biaya tanam padi 100 ubin dengan tenaga kerja Rp 180.000,“ kata  Muhamad A Fauzi.

Perbedaaan tanam padi manual, tegakan tanam lebih rapat. Sedangkan dengan mesin, tegakan tanaman lebih sedikit. Meskipun demikian, dia yakin jumlah produksi padi dengan tegakan yang lebih renggang,  produksinya sama dengan tanam padi dengan tegakan lebih rapat.

Muhamad A Fauzi mengatakan, jarak tanam padi dengan cara manual umumnya 25 cm – 28 cm. Jarak tanam dengan mesin lebih panjang  rata rata 30 cm. Jarak tanam yang lebih jauh, menurutnya justru baik untuk pertumbuhan tanam padi. Rumpun padi malahan bisa berkembang lebih banyak, karena ruang pangan tanaman lebih banyak. 

“Umur benih juga lebih pendek, paling tua 18 hari,“ kata Muhamad A Fauzi.

Pengamatan koranbernas.id, dari 130 orang anggota Gapoktan Rukun Jaya yang menggarap 45 hektar sawah di Desa Kembaran, baru sebagian kecil petani yang memanfaatkan mesin tanam padi.

Perubahan cara tanam yang masih baru, salah satu sebab belum banyak petani yang memanfaatkan mesin tanam padi. Jumlah tempat pembenihan menjadi sebab lain mesin tanam padi belum bisa dimanfaatkan sebagian besar anggota Gapoktan Rukun Jaya. (eru)