Petani Milenial Tidak Harus Kotor Berlumpur

Petani Milenial Tidak Harus Kotor Berlumpur

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Wakil Bupati (Wabup) Sleman, Danang Maharsa, mengatakan Pemerintah Kabupaten Sleman beberapa waktu lalu telah melantik kepengurusan sejumlah kelompok petani milenial.

Ini merupakan bagian dari pelaksanaan program Kementerian Pertanian dalam usaha menjaga kelestarian usaha pertanian.

Petani milenial adalah petani berusia 19-39 tahun. Mereka rata-rata adaptif terhadap teknologi digital. Definisi tersebut tertuang di dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pedoman Gerakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Pertanian Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045.

"Teknologi digital harus dipahami dalam arti luas, bukan sekadar aplikasi pemasaran. Usaha hulu, usaha tani dan agroindustri juga harus didukung dengan teknologi digital, termasuk pemanfaatan artificial intelligent (AI)," kata Danang, Rabu (2/11/2022), di Sleman.

Menurut dia, para petani milenial tidak harus berkotor-kotor dengan lumpur sebab sangat mungkin pekerjaan kotor sudah digantikan robot.

Petani milenial bekerja tidak hanya mengandalkan tenaga fisik melainkan lebih mengandalkan kemampuan otak. Mereka harus mampu membuat alur kerja yang detail dan rapi, kemudian menyusunnya dalam program komputer untuk selanjutnya mengintegrasikan program tersebut dengan alat, jaringan ataupun mesin.

Dengan gambaran seperti itu, lanjut Danang, upaya pemberdayaan petani milenial tidak cukup hanya dikerjakan oleh pemkab.

Apalagi hanya digarap sendirian oleh Dinas Pertanian. Diperlukan kerja sama semua dinas dan lembaga serta mitra di luar pemkab.

"Saya ingin mengajak para pengelola perguruan tinggi yang berlokasi di wilayah Sleman berperan secara aktif dalam pemberdayaan petani milenial. Bisa dibangun kerja sama antara Pemkab Sleman dengan perguruan tinggi dalam kegiatan riset, rancang bangun, rekayasa, maupun uji coba berbagai teknologi bidang pertanian," papar Danang.

Dalam spirit Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), pengelola perguruan tinggi perlu menjalin kemitraan dengan banyak pihak. Mahasiswa sangat perlu diberi pengalaman riil kehidupan nyata. Di sinilah Pemkab Sleman membuka kesempatan yang luas untuk bermitra.

"Mahasiswa, khususnya dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian, tidak perlu pergi jauh untuk mempelajari bidang pertanian dalam arti luas. Mari manfaatkan potensi Sleman. Berinteraksilah dengan para petani Sleman. Curahkanlah ilmu, pengetahuan, teknologi, dan sumberdaya yang lain untuk turut serta memajukan Sleman. Mari berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Sleman," jelas Danang.

Danang berharap semua pegawai di lingkungan Pemkab Sleman lebih membuka diri. Mereka harus ramah dan sigap menanggapi dan melayani berbagai tawaran kolaborasi dari manapun, termasuk dari perguruan tinggi, lembaga-lembaga riset dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.

"Syukur jika para pegawai Pemkab Sleman bisa bersikap proaktif meningkatkan pengetahuan, keterampilan,dan wawasan serta dalam berjejaring," kata Danang.

Terpisah, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyebutkan saat ini di Kabupaten Sleman sudah ada lebih dari 410 kelompok petani milenial.

Pemkab Sleman menargetkan 2.000 kelompok petani milenial hingga 2024. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat untuk membangun industri pangan berbasis pertanian modern.

Saat ini pemuda banyak yang enggan jadi petani. Tapi, di Kabupaten Sleman petani milenial merupakan petani andal dan unggul serta berdaya saing.

"Semakin banyak kelompok petani milenial, maka akan dapat membantu program pengentasan kemiskinan," kata Kustini.

Selain itu, kehadiran kelompok petani muda ini juga diharapkan bisa ikut serta mengentaskan kemiskinan.

Pengentasan kemiskinan dari sektor pertanian merupakan hal penting dan bisa memutus mata rantai kemiskinan. (*)