Polisi Kantongi Nama-nama Anggota Geng Remaja

Polisi Kantongi Nama-nama Anggota Geng Remaja

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Menanggapi maraknya aksi kejahatan jalanan yang dilakukan remaja usia sekolah, Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Armaini SIK menegaskan pihaknya sudah mengantongi nama-nama anggota geng remaja di kota ini.

Pergerakan mereka terus dipantau. Ini merupakan tindakan pencegahan sekaligus sebagai upaya menjaga citra Yogyakarta sebagai Kota Pelajar supaya tidak terus ternodai.

“Semua geng sudah terdata. Tinggal kita panggil ke kantor (Mapolresta). Kita bina secara terbuka dan tertutup,” ungkapnya Rabu (29/1/2020) di DPRD DIY.

Di hadapan pimpinan dan anggota Komisi A dan Komisi D DPRD DIY, dinas terkait serta perwakilan kepala sekolah, Armaini menjelaskan pembinaan secara terbuka dilaksanakan  lima hari di kantor polisi disertai izin dari sekolah. Fokus utamanya mengubah karakter buruk mereka.

Sedangkan pembinaan tertutup dilakukan langsung ke anggota geng saat mereka nongkrong. Jangan sampai gara-gara salah pergaulan mereka menjadi jahat.

“Lebih baik polisi kasih makan mereka saat nongkrong. Kami arahkan ke hal-hal yang positif. Kita ubah perilaku mereka. Kita dampingi dan tempel terus. Ini pekerjaan berat dan perlu kerja keras,” kata dia.

Jurus-jurus seperti ini dinilai lebih efektif daripada kegiatan ceramah-ceramah di sekolah, selain capek kadang-kadang sasarannya justru tidak berada di sekolah.

Dia menegaskan, orang tua merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas munculnya aksi-aksi kekerasan pelajar, baru kemudian sekolah, lingkungan masyarakat dan negara.

Semua sepakat, kekerasan pelajar harus dihadapi serius. Untuk jangka panjang sasarannya bukan lagi anak tetapi menyentuh para orang tua.

“Saya lihat, ini kegagalan orang tua mendidik anaknya. Di daerah lain pasti ada orang tua yang gagal mendidik anaknya. Saya tidak setuju guru disalahkan. Kok timbul anak durhaka, pasti salah orang tua,” paparnya.

Inilah saatnya para orang tua dibekali ilmu parenting. “Saya yakin jika semua orang tua punya ilmu parenting, anak-anak menjadi baik. Sudah 20 tahun saya menikah, saya juga terus belajar cara-cara mendidik anak,” tambahnya.

Hadir pula pada forum tersebut AKBP Fajarini dari Binmas Polda DIY, perwakilan Polres Bantul, Polres Kulonprogo, Polres Gunungkidul dan Polres Sleman.

Sempat mencuat usulan sedikit agak ekstrem, bagaimana seandainya para pelaku kejahatan jalanan apabila secara hukum terbukti bersalah harus menanggung konsekuensi meninggalkan wilayah DIY, beserta orang tuanya.

Hukuman seperti ini terpaksa dilakukan demi menjaga marwah Yogyakarta sebagai Kota Pelajar yang tetap aman dan tenteram sesuai amanat Undang-undang Keistimewaan DIY.

AKBP Fajarini menyatakan, penyebab utama terjadinya aksi kekerasan pelajar adalah faktor keluarga. Inilah pentingnya penguatan dan ketahanan keluarga. “Betul, penguatan keluarga ini perlu. Akar masalahnya didominasi keluarga, orang tua kurang peduli dan juga karena masalah ekonomi,” ujarnya.

Sebagai upaya pencegahan, Polda DIY sudah memetakan pelajar-pelajar yang berpotensi bermasalah. Pembinaan dilakukan sampai kepada keluarganya.

Ketua Komisi D DPRD DIY, Koeswanto maupun Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto mengapresiasi langkah-langkah jajaran kepolisian untuk mencegah aksi kekerasan pelajar. Jangan sampai pendidikan di DIY terus berwajah suram.

Plt Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Bambang Wisnu Handoyo, memerintahkan kepala sekolah berani mengumumkan nama-nama pelaku aksi kekerasan pelajar.

Bambang juga meminta Polda DIY tidak ragu-ragu mencantumkan nama pelaku kekerasan pelajar beserta alamatnya secara lengkap termasuk RT dan RW wilayah tempat tinggalnya.

Dengan cara dikembalikan ke kampung atau desanya masing-masing maka warga masyarakat, pengurus RT dan RW sampai dengan lurah setempat langsung melakukan pembinaan.

Menurut dia, aksi kekerasan pelajar memang harus ditangani secara terpadu. “Pelajar bukan tanggung jawab sekolah saja tetapi juga keluarga dan masyarakat. Masak yang disudutkan sekolah terus. Itu nggak adil dan imbang,” kata Bambang. (sol)