Program KB Sempat Mandek, Keluarga Pilih Banyak Anak

Program KB Sempat Mandek, Keluarga Pilih Banyak Anak

KORANBERNAS.ID -- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sudah menegaskan Keluarga Berencana menjadi program prioritas dan menjadi tugas serta tanggung jawab pemerintah daerah bersama seluruh komponen masyarakat.

Kenyataan di lapangan, setelah program KB mandek beberapa tahun, banyak keluarga yang cenderung memilih punya banyak anak.

Pengamat kependudukan Arif Noor Hartanto SIP menyampaikan, memang setiap keluarga mempunyai hak reproduksi masing-masing dengan menentukan berapa anak yang diinginkan.

“Tetapi jangan sampai generasi yang ditinggalkan merupakan generasi yang lemah," ujarnya saat menjadi narasumber Musyawarah Daerah Koalisi Kependudukan untuk Pembangunan (Musda KKP) DIY, Senin (27/8/2019), di Gedung Masri Singarimbun Bulaksumur Yogyakarta.

Dalam presentasinya berjudul Menjadi pribadi yang tangguh dan berwawasan kependudukan, pria yang biasa disapa Inung itu lebih lanjut menyatakan, dalam Al Quran pun ada surah yang menyatakan jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah.

Wakil Ketua DPRD DIY yang sebentar lagi mengakhiri masa tugasnya itu berpendapat, perlu dibuat sistem tatanan sosial baru.

“Misalnya saja, seorang ibu yang melahirkan hanya wajib dijenguk oleh tetangga dan kenalan pada kelahiran anak pertama saja dengan membawa kado. Untuk anak kedua dan selanjutnya tidak perlu dijenguk,” kata dia.

Meski hal itu mungkin kurang membawa hasil tetapi paling tidak menjadi semacam sanksi sosial sehingga keluarga itu akan mengatur berapa anak yang akan dilahirkan sesuai kemampuan untuk kepentingan masa depan anak-anak mereka.

Menurut dia, mengurus anak bukan hanya kebutuhan makan, tetapi lebih dari itu pemenuhan kebutuhan bidang kesehatan, pendidikan untuk menjadi generasi berkualitas yang biayanya jauh sangat mahal.

Termasuk kemampuan waktu orang tua dalam  mengasuh sesuai tumbuh kembang anak, sehingga akan terbentuk keluarga bahagia dan sejahtera dengan masa depan anak yang terjamin.

“Karena ke depan SDM berkualitas mutlak diperlukan sesuai perkembangan zaman dan teknologi,” ucap dia.

Arif Noor Hartanto. (arie giyarto/koranbernas.id)

Kenakalan remaja

Berbicara mengenai kenakalan anak-anak dan remaja yang semakin marak, dia berharap agar orang tua lebih memperhatikan.

Jangan bangga bisa membelikan sepeda motor bagi anaknya dan membiarkan mereka ke sekolah mengendarai sepeda motor sebelum waktunya.

“Banyak murid SMP dan SMA yang belum waktunya mempunyai SIM ke sekolah mengendarai sepeda motor," kata dia.

Sayangnya di perkotaan hal ini justru menjadi ladang bisnis bagi pemilik rumah yang dekat sekolah untuk tempat parkir. Murid masuk halaman sekolah memang tidak mengendarai sepeda motor.

Mengutip keterangan pihak kepolisian, Inung mengatakan fakta menunjukkan kenakalan remaja banyak sekali diawali dengan kebiasaan anak-anak yang melanggar peraturan sejak masih kecil dengan sepengetahuan orangtuanya.

Menyiapkan generasi berkualitas bukan hanya tergantung pada keluarga. Orangtua harus selalu waspada. “Mungkin saja di rumah anak begitu patuh dan manis. Tetapi di luar rumah bisa jadi berubah lantaran lingkungannya,” kata dia. (sol)