Proxy War Benar-benar Ada di Indonesia

Proxy War Benar-benar Ada di Indonesia

KORANBERNAS.IDProxy war atau pertarungan dengan cara tidak berhadap-hadapan secara langsung, benar-benar ada dan terjadi di Indonesia. Ini karena Indonesia merupakan negara sangat kaya raya serta strategis sehingga bangsa-bangsa lain di dunia tergiur menguasainya.

Setidaknya, begitulah pernyataan Pasi Binkomsos Sterrem Korem 072/Pamungkas Mayor Arm Ronang Sasiarto tatkala menyampaikan paparan bela negara pada acara Gathering Peduli Ambon & Wamena Menyatukan Bangsa dengan Kepedulian, Sabtu (5/10/2019), Bale Bebek Giwangan Yogyakarta.

“Percaya tidak percaya, proxy war ada di Indonesia. Banyak yang ingin menguasai Indonesia, masuk dari segala lini yaitu sosial, budaya, narkoba, dengan tujuan untuk disintegrasi bangsa,” ujarnya pada acara yang diadakan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY ini.

Perwira TNI kelahiran Semarang 23 September 1969 itu kemudian menerangkan Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, 7.094 kecamatan serta dihuni oleh 1.129 suku, sangat sulit dilemahkan pihak asing melalui kekuatan militer.

Satu-satunya cara adalah melalui ancaman nir-militer, bisa berupa perang lingkungan, dagang, ekonomi, biologi maupun perang siber dengan memanfaatkan teknologi terbaru.

Untuk membendung sekaligus mengantisipasi ancaman tersebut, mau tak mau harus ditanamkan rasa cinta dan bangga terhadap Indonesia.

“Kita harus bangga sebagai bangsa yang besar dengan cara menjaga persatuan dan keindonesiaan kita,” tegasnya.

Hadir mewakili Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Muhammad Zamroni, dalam kesempatan itu Ronang mengapresiasi para relawan ACT yang sering bersama TNI melaksanakan tugas kemanusiaan saat terjadi bencana alam.

“Jangan sampai mendapat seruan kemanusiaan kita masih pikir-pikir. Tugas mulia ini tidak bisa diukur dengan uang. Kita patut berbangga dan yakin bahwa yang kita lakukan adalah berharga bagi orang lain,” ucap dia.

Para mitra ACT DIY foto bersama usai gathering. (istimewa)

Kepala Cabang ACT DIY, Bagus Suryanto, menambahkan di banyak kesempatan ACT sebagai lembaga kemanusiaan sering berkolaborasi dengan TNI untuk menanggulangi dampak bencana alam.

“Mulai dari pemberangkatan kapal kemanusiaan ke Lombok, kapal kemanusiaan ke Palu, sampai yang terakhir yaitu proses evakuasi dan pemulangan masyarakat di Wamena Papua," ujarnya.

Menurut dia, ketika ada bencana alam, setidaknya ACT bisa hadir dan memposisikan diri menjadi relawan untuk turut memberikan bantuan.

“Atau setidak-tidaknya kepedulian kita berupa kedermawanan dapat membantu meringankan duka saudara sebangsa," kata Bagus.

Di DIY sendiri ACT memiliki tidak kurang 20 ribu mitra serta donatur. Gathering diselenggarakan setiap sebulan sekali sebagai bentuk apresiasi kepada para mitra.

Bagus menegaskan, ACT murni melaksanakan tugas kemanusiaan semata-mata menolong para korban bencana. Tidak boleh dicampuri urusan politik. (sol)