Pustakawan Dituntut Hadir dan Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat

Pustakawan Dituntut Hadir dan Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat

TANGGAL 7 Juli diperingati sebagai hari pustakawan. Apa itu pustakawan? Ada banyak ragam definisi tentang pustakawan, namun jika merujuk pada Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, pustakawan dapat dikategorikan sebagai profesi yang memilik peran strategis di masyarakat. Ditegaskan pada pasal 1 ayat 8 pada UU tersebut, pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Kiranya tidak berlebihan jika pustakawan mendapatkan ‘tempat’ dengan pemberian waktu khusus dalam rupa hari peringatan tersebut, mengingat seperti profesi lainnya pustakawan memilik peran strategis dalam upaya mencerdaskan dan memanjukan kehidupan bangsa. Pustakawan memiliki peran penting dalam proses transfer ilmu pengetahuan kepada pemustaka melalui perpustakaan. Selain itu, ada juga hari penting lain bagi para pustakawan yang diperingati setiap tanggal 7 Juli, yakni hari jadi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI). Organisai profesi itu terbentuk pada 7 Juli 1973.

Sebagai figur yang memiliki peran dalam proses transfer ilmu pengetahuan tersebut, kiranya kompetensi pustakawan harus selalu terjaga. Pustakawan yang kompeten dapat mengembangkan kualitas perpustakaan yang maksimal. Indonesia saat ini memiliki tidak kurang dari 164.610 perpustakaan. Sementara, jumlah pustakawan yang tersedia saat ini sebanyak 12.301 tenaga pustakawan di seluruh Indonesia. Kondisi yang kurang ideal tersebut menjadi pekerjaan rumah para stakeholder di bidang kepustakawanan, Semua pihak baik itu individu, komunitas atau kelompok masyarakat yang memiliki hubungan dan kepentingan dalam dunia kepustakawanan perlu berupaya untuk menghadirkan lebih banyak lagi pustakawan yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Era Digital

Pada era digital sekarang ini, informasi kian tumpah ruah. Hadirnya platform-platform digital semakin banyak menghadirkan pilihan informasi.  Makin kompleksnya sumber-sumber informasi dan pengguna perpustakaan (pemustaka) yang didominasi generasi digital adalah tantangan kekinian bagi pustakawan. Dibutuhkan strategi layanan yakni menciptakan inovasi layanan. Inovasi adalah kata kunci untuk mengubah paradigma dalam diri pustakawan. Salah satu cara adalah pustakawan tidak lagi hadir dari sekadar penyelenggara administrasi perpustakaan semata, namun harus mampu menjadi ‘jembatan’ komunikasi bagi pemustaka.

Pandemi Covid-19 telah membukakan kesadaran betapa rapuhnya sistem layanan konvensional yang mengutamakan pertemuan secara fisik. Dengan dalih mengurangi risiko penularan, maka layanan online menjadi satu-satuya jalan bagi para pemangku kebijakan untuk tetap menghadirkan layanan bagi masyarakat meski dalam keterbatasan. Pun semenjak pandemi, para pengelola perpustakaan telah bekerja keras memutar jurus layanan agar tetap eksis di tengah pandemi. Layanan virtual, layanan pinjaman buku dengan pesan antar secara online pun menjadi model layanan perpustakaan sekarang ini. Hal itu sebagai wujud komitmen pustakawan dan perpustakaan tetap hadir di tengah pandemi yang sekarang ini belum dapat diprediksi sampai kapan berakhirnya.

Humanis

Selain inovasi layanan tersebut, menurut penulis,  pustakawan perlu mengembangkan sikap empati dalam melayani pemustaka. Empati tidak hanya ditunjukkan dengan perilaku dan bahasa tubuh, namun yang jauh lebih penting di dalamnya yaitu dapat menggunakan komunikasi yang baik dan tentunya mengandung unsur etika dan estetika.

Komunikasi timbal balik atau komunikasi yang mampu memberikan umpan balik kepada pengguna jasa dalam hal ini pemustaka, merupakan bagian strategi untuk menciptakan inovasi layanan yang humanis. Di tengah masifnya penggunaan internet sebagai media pencarian informasi, peran pustakawan sebagai individu yang mampu melakukan pendampingan bagi para pencari informasi sangat dibutuhkan. Pustakawan kini juga harus menjalankan peran sebagai komunikator (penyampai pesan) agar penerima pesan (komunikan) dalam hal ini pengguna informasi perpustakaan dapat memeroleh informasi yang tepat, benar dan terarah.

Adaptif

Tak kalah pentingnya di tengah gencarnya arus perubahan zaman yang dipicu oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi, dan komunikasi, pustakawan diharapkan cepat dan tanggap dalam menyikapi setiap perubahan di tengah masyarakat. Pun dalam perubahan manajemen pengorganisasian sebuah perpustakaan, pustakawan harus menjadi garda terdepan dalam mengelola layanan yang saat ini aplikasi layanan berbasis pada teknologi internet. Adaptasi layanan perpustakaan yang kini manajemen koleksinya tengah bertransformasi pada ekosistem digital harus menjadi isu dan tantangan bagi pustakawan kekinian. Mereka (pustakawan) harus adaptif dengan isu-isu ini.

Jika mampu menjalankan fungsi layanan yang penuh dengan inovasi atau terobosan yang demikian, menurut penulis keberadaan pustakawan dan perpustakaan akan semakin eksis di tengah masyarakat. Pun fungsi atau manfaatnya semakin dirasakan oleh masyarakat.. Selain itu akan semakin bangga menjadi pustakawan, sesuai  dengan tema HUT IPI Ke-49. Dirgahayu Pustakawan Indonesia!**

FL. Agung Hartono, S.Sos.

Pustakawan Ahli Muda ISI Yogyakarta