Pustakawan Harus Mampu Menyediakan Informasi untuk Si Miskin

Pustakawan Harus Mampu Menyediakan Informasi untuk Si Miskin

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Perpustakaan adalah penjaga peradaban. Hal itu ditegaskan Anwar Sanusi PhD, Wakil Ketua Umum 2 Pengurus Pusat (PP) Kagama yang juga Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan RI dalam sambutan pembuka webinar Prestasi, Kompetensi dan SKKNI, Sabtu (17/4/2021).

“Perlu ada intervensi dari lembaga pendidikan asosiasi profesi, terutama dalam perbaikan kurikulum diklat untuk mengurangi gap atau kesenjangan antara kebutuhan lapangan kerja dengan kompetensi yang dimiliki pustakawan. Standar kompetensi harus up to date, sesuai kebutuhan lapangan kerja, dapat diuji ulang kembali, disesuaikan dengan standar internasional,” kata Anwar.

Sedangkan Dr Zulfikar Zen, Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), menyatakan pada hakikatnya profesi pustakawan adalah manajer informasi, penjaga pengetahuan (the guardian of knowledge) dan peduli si miskin. Orang datang ke perpustakaan adalah untuk mencari informasi, karena pustakawan menyediakan informasi dalam bentuk tercetak, terekam, majalah, surat kabar, multi media, dan pandang luar.

Zulfikar menambahkan, pustakawan diharapkan dapat melestarikan dan menyimpan karya ilmuwan masa lalu dan kini untuk generasi yang akan datang.  “Pustakawan harus mampu menyediakan informasi untuk siapa pun, utamanya untuk si miskin,” ujarnya.

Nara sumber lainnya, Dr Muhammad Sulhan, dosen S2 Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM,  memaparkan pustakawan saat ini selain harus memiliki hard skill terkait dengan artificial intelligence, machine learning dan cloud computing , juga harus memiliki soft skill seperti inovatif, kreatif, komunikatif dan kolaboratif.

Terlebih lagi, pustakawan harus memiliki kemampuan dan jiwa leadership atau kepemimpinan, harus berintegritas yang baik, adaptif dan berorientasi kepada layanan.

Adanya transformasi digital dan perubahan perilaku konsumen perpustakaan, lanjutnya, membutuhkan kemampuan merespon dengan lebih cepat. Pustakawan hendaknya selalu melakukan transformasi diri dan sistem dengan prinsip pelayanan penuh dedikasi.

“Pandemi saat ini menyebabkan pemustaka akan selalu di rumah dan serba virtual, maka perpustakaan harus berinovasi memberikan layanan sesuai dengan kebutuhannya,” katanya.

Sementara itu, Lilik Kurniawati Uswah, Ketua Kagama MIP, menyebut webinar diselenggarakan oleh Keluarga Alumni Gadjah Mada Manajemen Informasi dan Perpustakaan (Kagama MIP) bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Pengurus Pusat (PP) Ikatan Pustakawan Indonesia. (*)