Putri Gus Dur Ikut Stop Hoaks Festival

Putri Gus Dur Ikut Stop Hoaks Festival

KORANBERNAS.ID – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat hampir 1.600 Iebih hoaks beredar tahun lalu.

Data Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), dari JuIi-Agustus 2019 terdapat 300 lebih hoaks beredar di berbagai platform.

Demi mengajak masyarakat lebih peduli dan berhati-hati terhadap berita bohong dan hoaks, Mafindo mengadakan Stop Hoaks Festival.

Acara itu dilaksanakan Minggu (10/11/2019) bertepatan dengan hari pahlawan 10 November 2019 di Tugu Pal Putih Yogyakarta. Festival ini diikuti beragam elemen dan komunitas mulai dari olahraga, musik dan seni pertunjukan.

Koordinator acara Kristianus "Patje" Nugroho mengungkapkan, acara kali ini diikuti Ibu-ibu, anak muda, seniman, tokoh budayawan serta stakeholder yang peduli pada bahaya hoax.

Dengan tema Stop Hoax Be A Hero diharapkan acara itu mampu mengkampanyekan semangat melawan hoaks.

“Mafindo juga sudah melangsungkan workshop pelatihan cek fakta dan literasi media di 17 kota di Indonesia. Dengan menyasar ribuan ibu rumah tangga dan anak muda. Workshop ini diharapkan mampu membentuk pahlawan anti hoaks," kata Kris.

Putri mediang Gus Dur, Anita Wahid, saat ditemui di tengah-tengah acara mengatakan melawan hoaks dimulai dari rumah. Sebagai puncaknya diadakanlah Stop Hoax Festival ini.

"Tekat dan semangat melawan hoaks yang telah publik lakukan adalah jiwa kepahlawanan. Jiwa-jiwa kepahlawanan yang kita wariskan dari para pejuang negeri ini. Persis seperti tekat dan semangat para pahlawan membebaskan Indonesia dari kolonialisme dulu," ujarnya.

Penampilan band Stop Hoaks Festival berlatar Tugu Pal Putih Yogyakarta, Minggu (10/11/2019). (yvesta putu sastrosoendjojo/koranbernas.id)

Jika dulu para pahlawan tak lelah melepaskan negeri ini dari penjajah, kini semua pihak wajib menumpas hoaks yang merugikan diri, keluarga dan lingkungan.

"Menjadi pahlawan masa kini adalah mempertahankan persatuan kita dengan critical thinking dan menjaga netralitas kita. Stop sebarkan hoax yang memecah belah bangsa," ungkap Anita.

Menurutnya, peran serta masyarakat untuk mencegah penyebaran hoax yang masif sangat penting demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sebab seiring terjadinya proses kontestasi politik pada pilpres lalu, terjadi polarisasi di publik. Ujaran kebencian muncul dengan fitnah-fitnah yang masif.

Bila informasi yang diangap menguntungkan kelompok yang sama maka ada kecenderungan untuk tidak dicek kebenarannya. Begitu pun sebaliknya bila ada informasi yang menguntungkan kelompok lain, maka akan dicari-cari kesalahannya.

Kondisi semacam ini yang membuat masyarakat tidak bisa berpikir kritis dan netral akan isu yang berkembang. Sebab informasi yang diterima dianggap benar atau tidak tergantung menguntungkan siapa.

"Hal ini yang sering tidak kita sadari karena kita melihat informasi tergantung siapa yang diuntungkan bukan mencari benar atau salahnya," tandasnya. (sol)