Saatnya, Lulusan Ponpes Tidak Hanya Jadi Guru Mengaji

Saatnya, Lulusan Ponpes Tidak Hanya Jadi Guru Mengaji

KORANBERNAS.ID, BANTUL—Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Gati Wibawaningsih mendorong, agar para santri selepas lulus dari pondok, tidak lagi sekadar menjadi guru dai musholla atau masjid. Santri bisa berperan lebih besar, dengan menjadi santripreneur di masyarakat.

Gati mengatakan hal tersebut, saat memberikan sambutan secara virtual dalam acara Pembukaan Bimtek dan Fasilitasi Mesin/Peralatan Pada Pondok Pesantren, Selasa (28/7/2020).

Bimtek melibatkan 6 pondok pesantren, masing-masing Fathul Ulum Kabupaten Jombang, Sidogiri Kabupaten Pasuruan, Assalaffiyyah Mlangi  Kabupatan Sleman, Al-Imdad, Kabupaten Bantul dan Darul Huffazhal Al-Matin  serta Ponpes Modern  As-Salam 2 Kabupaten Sukabumi.

Gati mengatakan, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup pendidikan agama dan moralitas, namun juga pendidikan formal sampai dengan pendidikan kewirausahaan.

Di samping itu pondok pesantren dapat berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan industri di Indonesia sebagai “agent of development” yang sangat penting dan strategis dalam mengembangkan sumber daya masyarakat di daerah, sehingga menjadi sarana yang penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Pesantren dan para santri yang ada di pondok merupakan potensi yang dapat dikembangkan dengan stimulus yang tepat guna dan tepat sasaran. “Kami melihat banyak pesantren yang sudah dapat memenuhi kebutuhan internal pesantren bahkan memiliki unit bisnis yang juga melayani kebutuhan luar pesantren,” kata Gati.

Berdasarkan data Kementerian Agama sampai Agustus 2019, jumlah pondok pesantren di Indonesia diperkirakan sebanyak 28.194 yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri sekitar 4.290.626 santri.

Dari total 28.194 pondok pesantren, sekitar 23.331 pondok pesantren (80%) diantaranya tersebar di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten.

Dengan jumlah pondok pesantren dan santri yang cukup besar, pondok pesantren memiliki potensi yang strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Salah satunya melalui penumbuhan wirausaha industri baru di lingkungan pondok pesantren.

Kata Gati, kewirausahaan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi suatu negara. Berdasarkan data Global Entrepreneurship Index 2019, Indonesia saat ini berada di peringkat 75 dalam hal kewirausahaan diantara 137 negara. Posisi Indonesia naik 14 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya dan memiliki kenaikan peringkat tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.

Meskipun demikian, peringkat Indonesia saat ini masih tertinggal dibandingkan Vietnam (73), Thailand (54), Malaysia (43), Brunei Darussalam (48), dan Singapura (27).

Wirausaha memegang peranan penting dalam menyokong pertumbuhan ekonomi nasional, mulai dari menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan nasional, menciptakan nilai tambah barang dan jasa, mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial, serta terciptanya masyarakat adil dan makmur.

“Oleh karena itu saya mendorong agar para santri selepas lulus dari pondok pesantren tidak hanya menjadi guru di mushola atau masjid tapi juga menjadi seorang santripreneur,” katanya.  

Untuk mendukung hal tersebut, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan Model Penumbuhan Wirausaha Industri Baru dan Pengembangan Unit Industri di lingkungan pondok pesantren atau dikenal dengan program “Santri Berindustri”.

Program tersebut, bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan unit industri dan wirausaha industri baru di pondok pesantren melalui pengembangan unit industri yang telah ada dan/atau menumbuhkan unit industri baru serta pengembangan sumber daya manusia pondok pesantren menjadi wirausaha industri baru melalui kompetensi teknis produksi, jejaring, dan manajemen.

“Sejak tahun 2013, kami telah membina sebanyak 73 pondok pesantren, dengan jenis kegiatan pelatihan bimbingan teknis produksi, bantuan mesin/ peralatan antara lain di bidang  olahan pangan dan minuman, perbengkelan roda dua, kerajinan boneka dan kain perca, konveksi busana muslim dan seragam, daur ulang sampah dan produksi pupuk organik cair, kosmetik dan home-care, paving blok dan lain sebagainya,” lanjut Gati.

Pengasuh Ponpes Al-Imdad, Kabupaten Bantul, KH Dr Habib Syakur menyambut baik kegiatan ini. Habib Syakur mengatakan, pihaknya sudah cukup lama mengembangkan kewirausahaan di kalangan santri, sebagai bagian dari upaya mencari solusi perekonomian berupa terbatasnya lapangan kerja.

Pengembangan kewirausahaan di Ponpes Al-Imdad, dilakukan dengan merujuk pada potensi lingkungan sekitar.

“Salah satunya yang kami kembangkan adalah pengolahan sampah plastik. Ini sekaligus sebagai rintisan kami untuk mencoba membantu mengurai persoalan sampah di masyarakat,” katanya. (SM)