Satgas PPA Sering Tak Diuwongke
KORANBERNAS.ID,BANTUL—Kaprodi Komunikasi STPMD “APMD”, Habib Muhzin mengungkapkan peran satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dalam membantu kasus kekerasan sangat besar. Namun seringkali mereka tidak diuwongke atau dianggap.
Padahal kemampuan komunikasi secara inter personal sangat penting dalam penanganan permasalahan di masyarakat. Kemampuan ini penting dimiliki agar anggota satgas bisa menggali informasi dengan baik, tekniknya atau trik ketika korban kekerasan tidak mau bicara, dan komunikasi lebih percaya diri dalam situasi apapun, kepada siapapun dan persoalan apapun.
“Sehingga mampu membangun komunikasi yang efektif,” ujar Habib usai pembekalan ketrampilan komunikasi bagi anggota satgas PPA Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak Selasa (30/3/2021) dan Rabu (31/3/2021) lalu.
Menurut Habib, dari hasil idetifikasi yang dilakukan, ternyata anggota satgas PPA ada yang mengaku grogi saat berbicara di depan orang banyak, tidak percaya diri dan tidak kompak. Ada juga diremehkan karena kemampuan komunikasi yang mungkin kurang. Sehingga kepercayaan masyarakat juga kurang, bahkan kadang ada juga yang merasa ora diuwongke.
Persoalan itu menjadi tantangan Satgas PPA agar ke depan mampu membangun komunikasi. Baik personal maupun komunikasi denga media ditgital secara lebih percaya diri.
“Yang namanya berhubungan dengan masyarakat tentu karakternya macam-macam ada yang terbuka dan ada yang sifatnya tertutup. Tentu harus ada kemampuan khusus, apalagi ketika berhadapan dengan kasus yang sensitif. Seorang Satgas harus berhati-hati dalam membuat kalimat, termasuk menggunakan media sosial misal grup whatsapp untuk menginformasikan kasus yang ditangani. Jangan sampai informasi yang dibuat justru membuat korban kekerasan semakin terpuruk,” tandasnya.
Habib mencontohkan, trik yang bisa dilakukan ketika berhadapan dengan kasus yang sensitif adalah dengan tatap muka karena lebih efektif. Terlebih lokasi juga bisa dijangkau. Karena tidak jarang orang tidak nyaman komunikasi dengan hape ataupun WA dan media sosial, terlebih di grup ketika menyangkut hal pribadi, sensitif, keluarga dan anak-anak. Jadi disini hapae sifatnya penunjang.
Untuk itu anggota satgas PPA harus mampu mengkombinasikan komunikasi secara tatap muka atau inter personal dengan komunikasi digital. Selain itu mengunakan media sosial secara bijak.
“Jangan membuat tulisan yang bersifat sensitif. Hindari bahasa yang tidak sopan, atau bahasa yang menimbulkan prasangka. Namun bahasa yang positif,”katanya.
Sementara Ketua Satgas PPA, Muh Zainul Zain S.Ag, Jumat (2/4/2021) di Jodog, Gilangharjo mengungkapkan materi yang diberikan dalam pelatihan adalah keterampilan komunikasi inter personal, keterampilan dalam penggunaan media digital, dan pelatihan keterampilan fasilitasi masyarakat. Pelatihan tahun merupakan yang kedua setelah tahun lalu juga digelar kegiatan serupa.
Kemampuan berkomunikasi ini penting artinya dalam melaksankan tugas pendampingan dan asesmen (penilaian,red) awal. Sehingga Satgas mampu menggali persoalan, mengidentifikasi hingga mencarikan solusi. Ketika tidak bisa diselesaikan di tingkat bawah, akan mampu merujuk seperti ke Satgas PPA kabupaten , ke aparat kepolisian termasuk perlu tidaknya ada visum ketika menyangkut kekerasan. Karena tidak jarang satgas PPA harus berhadapan dengan kasus yang sensitif dan perlu pendekatan khusus.
“Nah tentu untuk bisa menjalankan fungsi tersebut, anggota satgas harus punya kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan berbicara ke publik sehingga mendapat informasi yang utuh. Karena memang anggota Satgas inilah yang pertama terjun ketika ada kasus, sebelum digulirkan pada proses lebih lanjut,” jelasnya.(*)