Sejak Dini Anak Harus Diperkenalkan Cara Mencegah Kekerasan

Sejak Dini Anak Harus Diperkenalkan Cara Mencegah Kekerasan

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Dalam kasus kekerasan, tidak jarang anak menjadi korban. Baik kekerasan secara verbal, psikis,fisik bahkan mengalami pelecehan seksual. Agar anak terhindar dari hal tersebut, maka sejak usia dini anak harus diperkenalkan bentuk-bentuk kekerasan dan cara mereka untuk menghindari dan mencegahnya.

Pengenalan ini, tentu dengan cara yang mudah dipahami anak. Misal berbentuk nyanyian yang akan dihapal dan dipratekkan. Sejak dini, anak juga harus dikenalkan sikap positif, cara berperilaku yang sopan, cara menghadapi orang asing. Termasuk anak dikenalkan bagian tubuh mana yang boleh disentuh orang lain dan mana yang tidak.

Demikian benang merah yang bisa ditarik dalam sosialisasi mengenai cara mencegah kekerasan kepada anak yang digelar oleh Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kalurahan Gilangharjo Kapanewon Pandak, Bantul, Jumat (1/4/2022). Acara dihadiri seluruh kepala sekolah lembaga PAUD, baik formal (TK) ataupun non formal yakni Kelompok Bermain (KB).

“Jadi memang perlu sekali dipahamkan kepada anak-anak usia dini soal kekerasan dan cara mereka agar bisa terhindar. Untuk itu peran dari pengajar PAUD ini sangatlah besar terkait penanganan kekerasan tadi, untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak usia dini,”kata Ketua Satgas PPA, M Zainul Zain S.Ag kepada koranbernas.id dalam acara sosialisasi tentang Kabupaten Layak Anak (KLA), Jumat (1/4/2022).

Dengan pemahaman baik guru dan siswa, maka menjadi salah satu upaya untuk menekan angka kekerasan bagi anak usia dini di Gilangharjo dan secara luas di Kabupaten Bantul.

Istirohah S.Pd Kepala Sekolah TK Masyitoh mengatakan, di tempatnya,

pembekalan kepada anak-anak usia dini adalah tentang sikap positif dan perilaku sopan santun.

“Kita tanamkan karakter dan perilaku dasar yang baik. Misal bersikap sopan kepada yang lebih tua juga bertutur kata yang sopan dan baik. Lalu bagaimana pembiasaan positif di sekolah ini kemudian diterapkan di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga sikap baik menjadi sebuah pembiasaan,”katanya.

Di kurikulum TK sendiri, sejak awal sudah ada kompetensi dasar menghindari benda-benda berbahaya, obyek berbahaya, termasuk orang yang dianggap bahaya. “Misal kita tanamkan pemahaman agar tidak mudah diajak orang yang tidak dikenal. Bahkan dikenalpun jangan mudah diajak kecuali seizin orang tua,”katanya.

Gunarti dari TK Pertiwi 13 Bongsreng mengatakan, di pendidikan anak usia dini ada lagu penanaman norma dan kesopanan yang sering dinyanyikan anak-anak. “Mana yang boleh dipegang dan mana yang tidak boleh dipegang, dikenalkan dengan lagu. Juga anak diberikan pemahaman jangan pernah melakukan perundungan, misal mengatakan temannya gendut dan lainya,” kata Gunarti.

Dan untuk guru-guru sendiri, sudah mendapat pembekalan mengenai Konvensi Hak Anak (KHA). Sehingga paham apa yang harus dilakukan untuk memenuhi hak anak.

Dari Kelompok Bermain “Bintang Mulia” Dusun Krekah, Tutut Tin Kurniasari mengatakan, jika di tempatnya memiliki 28 anak didik dengan rentang usia 2,5 tahun-4 tahun. Kepada anak-anak ini dipahamkan juga pembiasaan sikap untuk sopan dan juga mewaspadai hal yang tidak boleh dilakukan dan tidak dilakukan.

“Juga kami terangkan bahwa perundungan-perundungan tidak boleh,”katanya.

Kepada orang tua juga ada ilmu parenting tentang hak dan cara mendidik anak dengan baik. Dalam satu semester dilakukan 2 kali pertemuan.

Untuk sarana dan prasarana juga dibuat ramah anak. Misal meja dibuat bulat tidak ada sudut (lingir-red) yang membahayakan anak. Untuk plosotan juga dibuat rendah, cat sekolah juga yang aman bagi anak.

“Guru juga sudah mendapat pembekalan tentang Konvensi Hak Anak, “katanya.

Sementara mahasiswa psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Olan Saputra mengatakan jika dirinya akan melakukan pendampingan atau magang ke pembaga pendidikan PAUID selama 4 bulan ke depan.

“Selain pendampingan kami juga membuka konsultasi terkait cara memecahkan permasalahan pada anak. dan juga mencari solusi bersama,”katanya. (*)