Selamat Datang Warung Profetik

Selamat Datang Warung Profetik

KEMURUNGAN tebal karena krisis alias paceklik akibat pandemi dan bencana alam membawa kabut kelam bagi warga dengan beberapa sektor yang turut terdampak. Dunia bisnis, pariwisata, pertanian, transportasi, pendidikan dan kesehatan juga lingkungan hidup cukup tersengal.

Tak sedikit warga kehilangan pekerjaan karena dirumahkan sementara, dirampingkan maupun yang di-PHK oleh perusahaan. Intinya, hampir semua merasakan pahit dan getirnya agresi pandemi dan bencana.

Pada tempo ini, ada sebagian warga yang mampu bertahan meski ditindih beragam kesulitan di atas, sementara di ujung lain berderet warga yang semakin berat untuk sekadar makan sehari-hari. Mereka inilah yang mesti kita lindungi dan selamatkan di tengah terjalnya hidup. Maka, menjadi seksi tatkala beberapa kelompok warga lewat solidaritas dan empati ke bawah menginisiasi agar kelompok papa ini tetap bisa bertahan.

Agresi pandemi dan bencana menyalakan asa yang tak pernah padam, seperti fenomena terbitnya gerakan atau aksi sarapan atau makan siang maupun warung-warung yang tidak memungut bayaran dari warga yang datang dan makan di sana alias cuma-cuma atau gratis.

Beberapa waktu lalu, ada gerakan Jumat berkah dengan nasi bungkus atau nasi kotak ke jemaah, para duafa, tak hanya di Jakarta tapi juga sudah merangsek ke wilayah pedesaan. Ada juga Jaga Tangga kala pandemi Covid-19 dengan menyediakan bahan pokok kebutuhan sehari-hari, ada yang masih berupa komoditas mentah tapi juga ada yang sudah dimasak alias siap makan yang boleh diambil warga untuk menopang tegaknya hari.

Tren warung makan gratis, sekurangnya bisa mengindikasikan bahwa kemakmuran warga makin meningkat. Selain itu tentu saja menjadi kebahagiaan dan kebanggaan kita atas hadirnya warung tak berbayar ini. Bisa dikatakan ini berarti makin mekarnya perilaku pilantropis dan menjadi bagian panasea gotong royong di tengah warga.

Deretan warung gratis bertebaran di mana-mana, tanpa berbayar atau nol rupiah, seperti Warung “Sodaqoh,” di Semarang,  memberikan makan siang gratis bagi kaum duafa. Di kota ini juga ada Warung Gratis, “Abah Usman.” Kemudian di Klaten ada Warung Makan Gratis “Paguyuban Bersinar,” Warung Makan Gratis, “Indowareg,” keliling Klaten, Warung Gratis, “Si Jum,” semuanya menyediakan makan siang gratis bagi masyarakat umum.

Di Yogyakarta ada warung makan gratis buat sesama, yakni warung dengan bandrol “Ikhlas,” kemudian di Kulonprogro ada warung bermisi sama, yakni warung gratis “Sedekah.” Berlanjut di Purwokerto, ada juga warung makan gratis, seperti Rumah Makan Gratis (RMG) “Purwokerto,” menyediakan makan gratis bagi siapa pun. Tak ketinggalan di Pekalongan, ada warung makan gratis, “Warungmu.” Dan masih banyak warung-warung serupa.

Best practice lain, yaitu warung makan gratis, “Ben Warregh” Nol Rupiah di Kota Tegal yang menyiapkan makan siang gratis dan sudah berlangsung 3 bulan. Salah satu inisiatornya adalah seorang Camat perempuan Tegal Barat, Endah Pratiwi.

Dalam hemat Bu Camat ini, kapital warung dipasok oleh kerja keroyokan dari menghimpun dana para dermawan dan pilantropis yang sungguh-sungguh ingin menegakkan sekaligus mengasah jalur profetik bagi warga lain, utamanya untuk memberikan perhatian secara khsusus bagi mereka yang sedang murung secara ekonomi.

Inovasi sekaligus strategi, warung nol rupiah ini semakin melengkapi dwitunggal fungsinya, yakni siang buat warung dan malam menggandeng komunitas tegalan dengan menggelar diskusi sastra sebagai upaya merawat dan memekarkan literasi di Kota Laka-laka ini. Sedikitnya, bakal menjadi ruang-ruang publik yang mencerdaskan sekaligus menenteramkan di balik kusut dan kurusnya nilai-nilai kebangsaan.

Nilai plus berdirinya warung gratis dengan tarif nol rupiah ini, memberikan nilai tambah atau mengedukasi kaum muda untuk kembali berspirit menolong sesama, tanpa melihat latar belakang apapun. Keunggulan lain  dari warung nol rupiah ini turut membantu negeri dalam menyelesaikan PR bangsa, khususnya melindungi dan menyelamatkan warga dari ancaman kelaparan dan atau kemiskinan.

Bendera Kemanusiaan

Warung gratis di tengah kusamnya ekonomi sekarang ini akan memberikan dampak produktif bagi warga lain, seperti menebarkan virus-virus kebajikan atau kesalehan, mengasah kepekaan sosial, sekurangnya empati : bisa merasakan laparnya orang miskin, laparnya orang yang ter-PHK, dan sebagainya. Juga meningkatnya orang-orang baik yang terus menaikkan bendera kemanusiaan.

Beragam warung gratis dengan segenap menunya layak kita apresiasi. Di sinilah warga terlibat, semua urun angan dan turun tangan. Warga (bisa) hadir tak cuma angka tapi juga dalam keamanan dan kenyamanan.

Harapannya, lahirnya warung-warung gratis ini menjadi transformasi sosiokultur sesungguhnya di level akar rumput. Ke depan, semoga bisa melahirkan sosok-sosok genial (riang dan berani) yang sedikitnya mampu membalik kemurungan jadi kegembiraan, dari lapar menjadi kenyang, sehingga sanggup mengubah nasib dan masa depannya.

Termasuk mendorong dan menggerakkan dunia binis, perguruan tinggi, lembaga dan asosiasi serta komunitas lain untuk menyumbangkan kebaikannya dengan turun gunung memberi injeksi bantuan bagi warga marjinal maupun terdampak pandemi maupun bencana. Inilah aktualisasi simbioasa mutualisma dalam orchestra harmonio in progresio.

Kita ingin, warung gratis menjadi momentum kebangkitan kesalehan tak hanya di kota besar, tapi menjangkau kampung-kampung dan spot-spot jalan, gang sempit dengan unit atau tim yang langsung ke lapangan maupun membuka kanal lewat media sosial.

Menyediakan saluran hotline gratis, sehingga pergerakan penanganan bantuan makan gratis bisa diakselerasi. Jika dimungkinkan bisa saja ditambah dengan project pelatihan skill dan teknologi melalui media luring maupun daring dan bantuan usaha ekonomi produktif lain relevan dengan minat dan keahlian warga. Pendeknnya aksi kecil berdampak besar ini semakin masif di berbagai domain.

Misalnya, membantu pendidikan gratis anak pemulung, uluran tangan gratis iuran BPJS bagi keluarga buruh serabutan, sokongan gratis bedah rumah bagi janda miskin lansia, mendanai pembangunan jembatan gantung gratis di desa terisolir, memberi bantuan  handphone dan kuota internet gratis untuk belajar daring bagi anak miskin maupun memasok kebutuhan pengungsi secara cuma-cuma, dan lain-lain. *

Marjono

Eksponen Pendamping Desa Miskin dan Penulis Buku.