Seniman dari 17 Negara Melukis di Hutan Pinus Mangunan

Seniman dari 17 Negara Melukis di Hutan Pinus Mangunan

KORANBERNAS.ID – Sejumlah 34 seniman dari 17 negara, Sabtu (14/9/2019), berkumpul di Mangunan Bantul. Di obyek wisata Seribu Batu Hutan Pinus Mangunan itu mereka melakukan kegiatan melukis bersama.

Ada yang melukis gunung maupun coretan-coretan mirip motif batik atau tema lain. Karya-karya seni rupa tersebut merupakan ungkapan maupun respons pengalaman mereka selama lima hari berkunjung ke sejumlah destinasi wisata di Provinsi DIY.

Kehadiran para seniman kali Ini merupakan bagian dari program Yogyakarta International Art Festival (YIAF) 2019.

Hadi Soesanto “HaSoe” selaku penggagas YIAF mengungkapkan agenda tersebut sudah tiga kali berlangsung sejak 2015.

“Para seniman ini datang ke Yogyakarta untuk melihat situasi terkini, belajar secara langsung tentang budaya di DIY,” ungkapnya kepada wartawan di sela-sela acara.

Dia menyebutkan, pada YIAF tahun ini peserta diajak berkeliling DIY untuk belajar mengenai banyak hal. “Mereka melukis di Pinus Mangunan merespons apapun yang menarik menurut mereka,” tambahnya.

Menariknya, para seniman itu ke Yogyakarta secara mandiri, berbekal informasi dari rekannya sesama seniman yang dua tahun silam datang ke DIY.

Sedangkan hasil karya seni mereka rencananya dipamerkan di Borobudur.

“Di sini kita bisa melihat langsung proses pembuatan karya. Seniman dari berbagai negara yang datang ke Yogyakarta selalu berbeda dari tahun ke tahun,” kata HaSoe.

Pertukaran budaya

Penyelenggara YIAF 2019, Anang Batas, menambahkan inilah wujud dari pertukaran budaya yang terjadi secara riil.

“Setelah di Tebing Breksi Sleman, kami  ajak ke Hutan Pinus Mangunan untuk melukis dengan latar belakang alam,” ungkapnya.

Melalui program tersebut pihaknya ingin lebih mengenalkan destinasi wisata Hutan Pinus Mangunan ke dunia internasional.

Menurut dia, informasi yang diperoleh berdasarkan pengalaman serta datang langsung ke lokasi memiliki nilai lebih dibanding informasi dari buku-buku, misalnya.

“Untuk teman-teman di luar negeri, referensi dari teman dan kerabat itu jauh lebih dipercaya. Seniman-seniman ini pasti gethok tular bahwa Yogyakarta itu indah,” ungkapnya.

Dari program tersebut dia ingin karya-karya mereka mengisi ruang pameran tersendiri. Selama tiga periode YIAF, karya-karya para seniman tersimpan di kediaman Hasoe.

“Kita akan coba membuat pameran yang menunjukkan proses YIAF dari tahun 2015. Mudah-mudahan bisa terlaksana agar publik bisa melihat seniman luar negeri berproses membuat karya,” tandasnya. (sol)