Seniman Patung Yusman Pamerkan Karya Monumentalnya di Galeri Nasional

Seniman Patung Yusman Pamerkan Karya Monumentalnya di Galeri Nasional

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA - Seniman patung asal Yogyakarta, Yusman akan memamerkan karya-karya monumentalnya di Galeri Nasional (Galnas) pada 1 September 2022.

Pameran tunggal yang dihelat selama satu bulan ini bertajuk "Gerbang". Bersama Open Management dan Studio Patung Yusman dan dikuratori Suwarno Wisetrotomo akan memamerkan lebih dari 50 karya Yusman baik realis maupun seni murni.

Sebagai seniman Yogyakarta yang telah menandai hampir seluruh daerah terluar Indonesia dengan karya-karyanya Yusman tidak bisa hanya mengonsep pamerannya dengan biasa-biasa saja. Patung dengan ukuran hingga 6 meter akan ditampilkan di ruang pameran paling bergengsi Galeri Nasional, Jakarta.

"Ada tiga ruang pamer yang saya gunakan, ruang pertama memamerkan monumen-monumen yang pernah saya buat, kedua tentang Jenderal Sudirman dan ketiga akan memamerkan karya-karya fine art yang pernah saya buat," ujarnya saat ditemui di studio patung miliknya, Kamis (18/8/2022).

"Salah satu karya fine art ini merupakan karya terbaik saya yang pernah meraih penghargaan bergengsi saat masih di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia, Sekarang Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta-red)," imbuh Yusman.

Pria kelahiran Sumatera Barat 57 tahun silam ini melanjutkan, dirinya dikenal sebagai pematung beraliran realis. Tapi karya terbaiknya juga patung beraliran seni murni. Karya ini pernah dilirik kolektor untuk dibeli, tapi Yusman enggan melepaskannya. Baginya karya ini harus ia simpan sebagai penanda bahwa dirinya tidak hanya menguasai gaya-gaya realis.

Sebagai seniman yang dididik langsung oleh Maestro Pematung Edhi Sunarso, Yusman berkeinginan kuat melanjutkan karya-karya monumental gurunya tersebut hadir di seluruh pelosok negeri. Selain itu juga meneruskan semangat untuk menarasikan sejarah ke dalam bentuk-bentuk karya seni tiga dimensi.

Edhi Sunarso, siapa yang tidak kenal? Paling tidak karyanya melekat di hati rakyat Indonesia. Patung Selamat Datang, Pembebasan Irian Barat dan Patung Dirgantara yang sering orang salah sebut sebagai Tugu Pancoran adalah satu satu dari sekian banyak karya Edhi yang dibuat atas provokasi Soekarno waktu itu.

Pameran tunggal Yusman ini rencananya akan dibuka langsung oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Bagaimanapun dalam kekaryaan Yusman begitu dekat dengan TNI, pasalnya begitu banyak karyanya yang bercerita tentang sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia termasuk didalamnya persatuan antara rakyat dan militer dalam meraih kemerdekaan.

"Selain saya harus berbuat sebaik mungkin untuk Jogja, saya juga harus terus menyampaikan sejarah-sejarah ini ke dalam karya. Sejarah ini begitu penting untuk anak cucu kita, jangan sampai kita lupa atau bahkan kehilangan sejarah," lanjut Yusman.

Ia berharap, anak cucu bangsa ini bisa mengenal sejarah tentang siapa yang sudah memerdekakan Indonesia. Tentang mereka yang berjuang dengan darah dan air mata. Sebagai seniman Yusman ingin pameran ini membangkitkan kembali semangat tersebut dari anak-anak muda jangan sekali-sekali melupakan sejarah.

"Ada beberapa karya patung berukuran raksasa di perbatasan Indonesia. Ada 9 garuda yang besarnya 3 meter. Kemudian 7 buah patung Soekarno dari tinggi 5 meter hingga 6 meter ditambah pedestal menjadi 8 hingga 9 meter. Termasuk patung di Sabang dan Merauke yang beberapa waktu lalu diresmikan oleh Moeldoko," kata dia.

Suwarno Wisetrotomo selaku kurator pameran menambahkan, dirinya membuat konsep agar pengunjung juga terpantik oleh karya-karya yang dipamerkan ini. Terutama dalam memperkenalkan sejarah bangsa.

Dalam karya menandu Sudirman misal, yang mengusung Panglima Besar ini dibuat dari kalangan Gerilyawan, TNI dan masyarakat biasa terus kebelakang menuju pintu masuk Galeri Nasional berupa bentuk-bentuk rombingan non realis hingga berbentuk bongkahan batu," terang Suwarno.

"Semua ini memiliki makna yang dalam, Sejarah bangsa ini jika tidak benar dinarasikan oleh siapapun termasuk seniman dan tidak benar dipahami oleh masyarakat maka akan kehilangan arti, seperti bongkahan batu yang tidak jelas bentuknya," ujarnya.(*)