Seniman Se-DIY Berkumpul Membahas Pancasila

Seniman Se-DIY Berkumpul Membahas Pancasila

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Seniman dikenal sebagai sosok yang bebas meluapkan ekspresinya melalui karya seni. Apa jadinya jika mereka berkumpul membahas Pancasila? Begitulah, forum menjadi cair. Semua merasa enjoy.

Setidaknya hal itu tergambar saat seniman se-DIY mengikuti Diskusi Publik bertema Implementasi Pancasila dalam Membangun Lingkungan Pasca-Covid-19 Sudut Pandang Seniman, Rabu (15/7/2020) malam, di DC Rumah Budaya Sleman.

Acara yang dimoderatori pelawak Dewo PLO itu diselingi hiburan musik kelompok Band Garuda Samsara. Tampak hadir di tengah-tengah mereka, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Afnan Hadikusumo.

Tak hanya menyapa mereka, cucu pahlawan nasional Ki Bagus Hadikusumo ini juga mengapresiasi kiprah para seniman yang ikut berperan membangun bangsa. Pembangunan harus berjalan seimbang antara lahiriah maupun batiniah.

“Pemerintah butuh mitra strategis untuk melakukan sosialisasi Pancasila, di antaranya dengan para seniman. Peran seniman tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Indonesia,” kata dia.

Afnan berpendapat, penanaman nilai-nilai Pancasila yang dilakukan pemerintah sejak dahulu lebih bersifat top-down, cenderung memaksa tanpa sentuhan estetika. Padahal konsep ideologi Pancasila sangat tepat untuk Indonesia yang multi-etnis, agama dan multi-ras.

Tepat kiranya pemerintah memanfaatkan banyak cara untuk sosialisasi di antaranya melalui seni. Sebagai bagian dari budaya, kesenian digolongkan menjadi tiga.

Seni rupa meliputi seni patung, kriya, seni grafik, seni reklame, seni arsitektur maupun seni dekorasi.

Seni pertunjukan terdiri dari seni tari, karawitan, musik,  deklamasi dan seni drama. Ada juga seni audio visual misalnya seni video atau seni film.

Bukan itu saja, seni dan budaya pengaruhnya sangat tinggi bagi perkembangan pembangunan suatu daerah, bangsa dan negara.

“Peran seni budaya sangat penting karena di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang bisa menjadi landasan kehidupan sosial,” tambahnya.

Demi terwujudnya pembangunan suatu daerah, bangsa dan negara, lanjut dia, harus dibarengi langkah-langkah membangun dan melestarikan budaya yang mengandung nilai-nilai luhur kehidupan, mengacu agama dan falsafah suatu negara.

“Di Indonesia tentu saja berdasarkan pada seni budaya yang mengacu Pancasila sebagai falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Afnan.

Hadir pula pada acara itu Ketua SAR DIY sekaligus pengamat politik, Drs Brotoseno MSi. Dia menegaskan, peran seniman sangat strategis untuk mensosialisasikan Pancasila di masyarakat. “Melalui seni, ajaran yang terkandung di dalam Pancasila lebih mudah diserap masyarakat,” ucapnya.

Menurut dia, Pancasila sangat dibutuhkan untuk menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa saat ini. Terbukti Pancasila telah teruji mampu menghadapi gelombang perubahan zaman.

Persoalannya, demokrasi sekarang ini menjurus kebebasan yang tidak menghargai perbedaan. Sedangkan Pancasila sangat menghargai perbedaan, berbeda-beda namun tetap satu (Bhinneka Tunggal Ika).

“Demokrasi Pancasila sifatnya permanen tidak bisa berubah, karena Pancasila merupakan hasil kesepakatan dari perbedaan-perbedaan yang pernah ada,” kata dia.

Menyinggung Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang memicu polemik, Brotoseno menilai hal itu merupakan bentuk kesalahan inisiator RUU tersebut.

“Setiap orang Indonesia yang berketuhanan/beragama, berperikemanusiaan, punya semangat persatuan, memiliki komitmen terhadap musyawarah dan semangat berkeadilan sosial, dengan sendirinya sudah Pancasilais,” paparnya.

Dia menegaskan Pancasila tidak boleh dipertentangkan dengan agama, karena Pancasila sifatnya horizontal sedangkan agama vertikal. Keduanya saling melengkapi sebagai perekat rakyat dalam berbangsa dan bernegara. (sol)