Syafii Efendi: Pemuda, Buang Cita-cita Jadi PNS

Syafii Efendi: Pemuda, Buang Cita-cita Jadi PNS

KORANBERNAS.ID -- Motivator muda Indonesia Syafii Efendi (27) mengajak pemuda Indonesia, khususnya anak-anak muda di Purwokerto dan sekitarnya, harus mau berpikir global dan bertindak lokal serta akrab dengan teknologi informasi. Sebaliknya, anak-anak muda yang tidak akrab dengan teknologi di era revolusi industri 4.0 ini akan digilas oleh zaman.

"Robot akan menggantikan fungsi manusia. Seperti GoJek yang menggantikan ojek, Ruang Guru yang menggantikan guru. Kemudian seperti di Amerika, Tesla menggantikan mobil autopilot. Untuk itu, hari ini kita bicara mengenai karakter agar pemuda dapat bersaing di kancah global. Pemuda harus berfikir global dan bertindak lokal," tutur Syafii Efendi pada Seminar Nasional Kewirausahaan di Era Milenial di Gedung Ikatan Persaudaran Haji (IPHI) Kabupaten Banyumas di Jalan Gerilya Barat Purwokerto, Sabtu (2/11/2019).

Seminar diikuti 1.500 pemuda, sebagian besar mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Purwokerto dan sekitarnya, seperti dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Universitas Wijaya Kusuma (Unwiku), Politeknik Kesehatan (Poltekkes), Universitas Harapan Bangsa (UHB), Universitas Perwira Purbalingga (Unperba), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) dan sebagainya. Seminar ini diselenggarakan oleh Wirausahawan Muda Nusantara (Wimnus) Jawa Tengah, yang diketuai Slamet Muridan.

Tampil pula nara sumber Sherly Annavita (27), seorang milenial influencer yang juga dosen Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Jakarta.

Syafii Efendi yang tampil dengan gayanya meledak-ledak mengajak pula, agar anak-anak muda di eks Karesidenan Banyumas untuk berani keluar dari zona nyaman. Syafii melihat Banyumas dengan ibukotanya di Purwokerto ini kota yang sangat nyaman, tidak sekejam Jakarta, Medan maupun Makasar.

"Buktinya, punya uang Rp 5.000 di kota ini bisa hidup untuk beli mendoan. Makanya, agar anak-anak muda di Banyumas ini tidak terlena dengan zona nyaman, harus dirubah mindsetnya. Yakni menjadi jiwa petarung, mau keluar dari Banyumas, merantau ke berbagai kota maupun ke kota-kota di dunia, agar wawasannya luas dan memiliki jiwa petarung yang tangguh," ujar Syafii Efendi.

Efendi mencontohkan, dirinya lahir di Medan, dan didasari jiwa petarung serta kemandirian sejak dini, berani merantau ke Jakarta hingga kini sukses memiliki dua perguruan tinggi dan jaringan bisnis yang luas. "Saya punya prinsip, biar kambing di kampung sendiri, tapi banteng di perantauan," ujarnya mengibaratkan.

Untuk menjadi pemuda beriwa petarung, lanjut Syafii Efendi, memang harus ditanamkan kemandirian sejak dini. "Berusaha dan menekuni bisnis apapun, harus digeluti dengans serius, ulet, mandiri dan tahan banting. Kemandirian itu penting ditanamkan sejak dini untuk mengubah mindset, bahwa setelah lulus sekolah maupun kuliah, menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hapus jauh-jauh cita-cita menjadi PNS, tapi jadilah pengusaha yang mandiri dan sukses," tegas Syafii dengan penuh semangat.

Sementara itu Sherly Annavita yang belakangan sering tampil memotivasi anak-anak muda ke berbagai kota di Indonesia, menegaskan anak muda sekarang jangan hanya menunggu. "Saya melihat 90 persen anak-anak muda sekarang itu apatis dan hanya menunggu. Sekarang bukan saatnya menunggu. Tapi beranilah berkreasi. Anak-anak muda sekarang, minimal 8 jam menggunakan medsos. Gunakan medsos itu untuk memperlebar jaringan bisnis secara cerdas," ujar Sherly yang memyelesaikan Master of Social Impact Investment dari Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia ini.

Sherly yang juga aktif membikin konten-konten di youtube ini mengemukakan, ke depan peran anak-anak muda semakin nyata mewarnai perekonomian dan perpolitikan negeri ini. (eru)