Terapkan Protokol Berlapis Salat Idul Fitri Khidmat

Terapkan Protokol Berlapis Salat Idul Fitri Khidmat

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Ribuan umat muslim di Yogyakarta melaksanakan ibadah Salat Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriyah, Kamis (12/5/2021), di lingkungan masjid masing-masing. Dengan menerapkan protokol kesehatan secara berlapis, salat berlangsung khidmat.

Merujuk anjuran pemerintah terkait dengan Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Ibadah Ramadan dan Salat Idul Fitri 1442 H/2021 di Kota Yogyakarta pada Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2021, sejak berangkat dari rumah masing-masing, warga membawa sendiri peralatan ibadah termasuk sajadah serta mengenakan masker. Semua takmir secara tertib melaksanakan anjuran pemerintah tersebut.

Di Masjid Al Fathonah Kemantren Mantrijeron, misalnya,  sebelum masuk lingkungan masjid terlebih dahulu warga disemprot hand sanitizer. Ada pengurus takmir yang bertugas khusus untuk keperluan tersebut. Tersedia pula masker gratis untuk jamaah.

Ketua takmir masjid setempat, Zubair, mengakui sejak awal pengurus sudah mempersiapkan semuanya. Ini penting demi kebaikan bersama.

Selaku imam dan khatib, Ustad Abdul Basyir dalam khotbahnya mengajak jamaah mengingat kembali makna Idul Fitri dan pentingnya silaturahmi.

“Sesama muslim adalah bersaudara maka perlu terus dijalin silaturahmi yang harmonis, ibarat tangan kanan dan kiri tidak saling menyakiti,” kata dia.

Apalagi pada saat pandemi, kepekaan sosial yang terasah selama Ramadan bisa dilanjutkan setelah momentum Idul Fitri. Mengutip hadits Rasulullah Muhammad SAW, dia menyampaikan tidaklah seorang mukmin yang menghibur saudaranya saat terkena bencana kecuali Allah SWT akan memakaian pakaian kemuliaan di akhirat kelak.

Ramadan merupakan madrasah untuk mendekatkan diri meraih rida illahi. Sebagai hamba Allah SWT, setiap muslim harus bersyukur serta tahu diri atas nikmat yang dianugerahkan-Nya, mulai dari nikmat bernafas, kesehatan, keimanan dan nikmat Islam.

“Kuatkan kesadaran kita hanya Allah SWT yang Maha Kuasa. Jangan sampai Ramadan berlalu seiring itu ibadah kita juga berlalu. Idul Fitri ibarat kertas putih. Sumber mata air yang jernih. Jaga agar kertas dan air ini tidak ternoda,” ujarnya seraya menambahkan silaturahmi menjadi penghapus dosa antara sesama manusia.

Obat Rindu

Ada banyak cara dilakukan warga untuk terus bersilaturahmi dalam rangka lebaran Idul Fitri 1442 Hijriyah. Meski dalam situasi keterbatasan warga salah satu kampung di wilayah Kemantren Mantrijeron Yogyakarta ini, mengadakan syawalan.

Acara yang dikemas sederhana, ringkas dan padat kali ini hanya dihadiri warga satu lingkungan RT (Rukun Tetangga). Pertemuan tersebut setidaknya mampu menjadi obat rindu. “Syawalan ini menjadi obat rindu setelah setahun terpenjara Covid-19,” ungkap M Fathoni, ketua RT setempat.

Dengan silaturahmi hati menjadi gembira. Imun meningkat, Silaturahmi melapangkan rezeki dan memperpanjang umur. 

Patut disyukuri, berkat ketaatan dan ikhtiar warga mengikuti anjuran pemerintah melaksanakan protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan serta menjaga jarak, Allah SWT melimpahkan kesehatan, keselamatan dan perlindungan.

Sekretaris RT setempat, Sunu, menambahkan acara syawalan tidak disertai salam-salaman melainkan digantikan ikrar syawalan. Warga satu sama lain saling memaafkan. Silaturahmi ini juga menjadi ajang sosialisasi pentingnya menjaga lingkungan tetap sehat. (*)