Terbit Tabloid Beraksara Jawa, Bidik Kaum Milenial

Terbit Tabloid Beraksara Jawa, Bidik Kaum Milenial

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA --  Penutur bahasa Jawa belum tentu bisa membaca aksaranya. Kaum milenial yang rata-rata mengusai teknologi informasi, perlu diajak ikut melestarikan aksara Jawa. Jika tidak, aksara tersebut akan punah meskipun masih banyak orang yang mampu berbahasa Jawa.

Untuk mengkampanyekan aksara Jawa, kini telah terbit tabloid dengan aksara Jawa. Namanya tabloid “CaraKita” yang ditulis dengan aksara Jawa. Uniknya, tabloid ini menggunakan tiga bahasa, tidak melulu bahasa Jawa melainkan bahasa bahasa Indonesia dan Inggris.

“Tetapi aksaranya atau hurufnya berupa aksara Jawa,” kata Ahmad Fikri, inisiator kampung aksara Pacibita, Senin (9/8/2021), di Yogyakarta.

Tabloid CaraKita (ditulis dengan aksara Jawa) merupakan majalah remaja. Tabloid ini ditujukan sebagai media pembelajaran aksara Jawa. Kenapa remaja atau kaum milenial yang menjadi sasaran? Alasannya, remaja sekarang semakin jauh untuk mengenal aksara Jawa.

“Perlu dikenalkan lagi. Maka digunakanlah aksara Jawa dengan kalimat yang gaul, rubriknya pun sangat milenial. Ini salah satu cara untuk menimbulkan gairah beraksara Jawa,” kata Fikri.

Melalui penerbitan tabloid atau majalah kaum milenial mulai lagi dibiasakan melihat aksara Jawa agar muncul ketertarikan untuk mempelajarinya. Selain bisa berbahasa Jawa juga bisa membaca aksara atau huruf Jawa (hanacaraka).

Tabloid remaja "CaraKita" memiliki dua pengertian yang saling menopang satu sama lain. CaraKita (dalam aksara Jawa) apabila dibaca tanpa wulu (penanda vocal i) akan terbaca sebagai Carakata.

CaraKita adalah Cara remaja masa kini (milenial) berekspresi dengan aksara (Jawa). Carakata: cara sebuah kata dituliskan dengan aksara dan alphabet carakan di era digital, sebagai CaraKita  menulis dan mengekspresikan pikiran untuk keperluan mengungkapkan cara kita berbahasa hari ini.

“Artinya, carakan tak hanya untuk keperluan kepenulisan Bahasa Jawa sebagai asalnya tetapi juga dapat dikembangkan untuk menulis ke bahasa-bahasa lain semisal bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,” kata Fikri.

Warna orange di tulisan aksara CaraKita pada penanda wulu menunjukkan kesegaran dan dinamika kaum remaja.

Dengan komposisi seperti inilah tabloid remaja CaraKita hadir sebagai media bagi remaja untuk mengekspresikan diri mereka dalam memadukan dua unsur aksara (latin dan Jawa) sekaligus dua pola Bahasa (Indonesia dan Jawa) dalam menulis dan menceritakan dunia mereka hari ini.

Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Setya Amrih Prasaja,  menyatakan pasca-Kongres Aksara Jawa I Maret 2021 pihaknya berupaya melaksanakan rekomendasi kongres.

Salah satunya adalah terus mengkampanyekan aksara Jawa. Aksara Jawa dan Bahasa Jawa harus lestari dan abadi.

Aksara Jawa ugi kinarya pratandha lan perbawa ageng tumprap lumampahing budaya, awit bangsa luhung tartampu kagungan aksara tumprap basanipun. Aksara Jawa saget kinarya pusaka bangsa," kata Amrih.

Aksara Jawa juga dijadikan tanda dan kewibawaan agung terhadap perjalanan budaya, karena bangsa besar tertentu memiliki aksara dari bahasanya. Aksara Jawa dapat dijadikan pusaka bangsa. (*)