Terusik Oleh Tumpukan Sampah, Ide Kreatif Muncul dari Sekelompok Anak Muda Karyawan Telkom

Terusik Oleh Tumpukan Sampah, Ide Kreatif Muncul dari Sekelompok Anak Muda Karyawan Telkom

KORANBERNAS.ID, SEMARANG--Sekelompok anak muda yang kebetulan karyawan Telkom Witel Magelang merasa terpanggil untuk berperan aktif memelihara lingkungan di sekitar Objek Wisata Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Kepedulian mereka terusik melihat 12 ton sampah yang menumpuk setiap harinya, dan 30-40% dari sampah tersebut adalah plastik. Sementara itu belum ada upaya maksimal mengelola sampah terutama plastik di lingkungan Candi Borobudur dan area desa sekitarnya.

“Padahal, sampah plastik bisa menjadi keuntungan alternatif bagi masyarakat. Asalkan kita tahu bagaimana mengolah dan mendaur ulang sampah plastik tersebut,” papar Milzam Danar Amadis, mileneal Telkom Witel Magelang dalam rilisnya, Rabu (24/11/2021).

Dikatakan, Desa Tuksongo merupakan desa yang tidak jauh dari Candi Borobudur, sebuah destinasi wisata utama di Indonesia. Meningkatnya wisatawan setiap tahunnya membuat sampah yang dihasilkan pun ikut melonjak.

Dengan latar belakang tersebut, Milzam Danar Amadis, Muhamad Dimas Rahmanda dan Syauqi ABdurrohman bersama empat rekannya sesama karyawan Telkom kemudian menggagas sebuah social movement. Melalui kolaborasi dengan TPSB Balkondes binaan Telkom, akhirnya dapat diwujudkan sebuah gerakan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berlanjut (sustainable).

Langkah konkret yang mereka lakukan, antara lain meluncurkan program #DaurBikinMakmur, yakni, membuat sistem pengolahan sampah salah satunya alat untuk mendaur ulang plastik. Alat ini terdiri dari shredder, injection, dan extrusion. Mereka mengubah bongkahan plastik menjadi potongan kecil yang sesuai dengan kebutuhan. Tak hanya itu, mereka juga mendorong masyakat sekitar untuk mengumpulkan sampah plastik yang dibuang wisatawan.

Melalui program #DaurBikinMakmur ini, Milzam dan kawan-kawan juga memanfaatkan sampah organik yang dikumpulkan dari warga Desa Tuksongo untuk menghasilkan Maggot - baby larva dari lalat jenis tentara hitam.

“Mengapa maggot?. Pertimbangannya maggot memiliki beberapa fungsi dan keuntungan. Yakni maggot dewasa dijual langsung ke konsumen sebagai bahan pakan ternak lele dan digunakan dalam proses pembuatan kompos non-organik. Melalui program ini, kami memanfaatkan maggot hasil proses peleburan sampah organik untuk dijadikan pakan Lele,” jelas Milzam.

Program pengembangan TPS 3R Tuksongo Borobudur ini bekerjasama dengan Telkom Indonesia. Seluruh proses pengembangan ini saling berkaitan satu dengan lainnya. Harapannya selain mengelola sampah sehingga ramah lingkungan juga lebih menguntungkan dari sisi finansial, serta bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Berkat program #DaurBikinMakmur tersebut, masyarakat desa menjadi lebih pintar dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah. Saat ini, malah masyarakat sudah mulai melakukan pemilihan sampah secara mandiri.

Mustadi selaku GM Witel Magelang sangat mendukung kegiatan ini. Ia memberikan keleluasaan kepada tim Daur Bikin Makmur dalam berinovasi dan pengembangan selanjutnya. Terbukti dengan munculnya sistem IT yang akan lebih memberikan nilai tambah.

“Kegiatan semacam ini sangat dibutuhkan masyarakat, dan melalui digitalisasi Daur Bikin Makmur akan menjadikan masyarakat lebih maju dan dapat dijadikan percontohan di tempat lain,”kata Mustadi.

Dalam waktu dekat, Milzam dan kawan-kawan dengan dukungan Telkom akan mengembangkan sistem IT untuk memonitoring project sampah sampai proses penjualan kepada masyarakat umum.

Selain itu, pengembangan TPS nantinya akan menjadi destinasi wisata edukasi, untuk meningkatkan awareness terhadap lingkungan dan pengolahan sampah. (*)