Tim Pengabdian Masyarakat MP UAD Turun ke Sekolah, Sosialisasi Flipped Classroom

Tim Pengabdian Masyarakat MP UAD Turun ke Sekolah, Sosialisasi Flipped Classroom

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Tim Pengabdian kepada Masyarakat Program Studi (Prodi) Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (MP-UAD) Yogyakarta, turun ke sekolah.

Tim tersebut terdiri dari dosen Magister Manajemen Pendidikan FKIP UAD Yogyakarta Dr Muhammad Zuhaery MA selaku ketua, Dr Enung Khasanah M Pd (dosen) serta Dr Dian Hidayati MM (dosen). Sedangkan dari mahasiswa Beny Setyiawan, Anjar Sidi Melawati dan Evik Munawaroh.

Mereka menyambangi SD Muhammadiyah Domban 2 Karanggawang Mororejo Tempel Sleman, Senin (15/8/2022), dalam rangka sosialisasi flipped classroom sebagi alternatif pembelajaran pascapandemi Covid 19.

Flipped classroom memberi peluang bagi anak sesuai dengan gaya belajar, kemampuan, daya tangkap seorang siswa. Adapun peserta sejumlah 40 orang terdiri dari 20 guru dan 20 wali murid.

Enung Hasanah menyampaikan, melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan model pembelajaran pascapandemi Covid-19 itu, guru harus melakukan analisis mana bagian pembelajaran mandiri.

Misalnya, kata dia, tentang tema keluargaku, mengapa ini dipanggil paman, mengapa ini dipanggil bibi. “Mengapa kita harus tepat waktu dan mengapa kita harus sekolah,” ujarnya.

Menurut dia, flipped classroom untuk guru terbagi dua kategori. Pertama, dipelajari siswa secara mandiri. Kedua, dipandu atau didiskusikan dengan guru dan teman sekolah.

“Guru menugaskan materi kategori A kepada siswa dengan ruang kelas atau media daring untuk dipelajari mandiri di rumah. Secara berkala, guru juga dapat menjadwalkan diskusi daring untuk memastikan siswa mengerjakan materi kategori A,” ungkapnya.

Dia menyarankan, upayakan materi tersebut mampu dipahami anak didik, diperoleh di sekolah dan bisa dipelajari anak di rumah.

Guru, lanjut dia, harus open mind saat anak bertanya, atau guru menawarkan bantuan atau bertanya apa yang sudah bisa dan apa yang belum bisa.

“Guru harus menjadi orang tua di sekolah dan memberi rasa nyaman di sekolah. Setelah anak-anak belajar di rumah, guru paling tidak memberi kesempatan anak untuk menyampaikan,” tambahnya.

Materi berikutnya disampaikan oleh Muhammad Zuhaery. Dia menjelaskan, pada dasarnya anak lahir dalam keadaan fitrah serta tidak mengetahui apa-apa.

Inilah tugas orang tua mengarahkan anak-anaknya, misalnya menjadi orang sukses, dokter atau dosen. Itu semua tergantung pada orang tua dan lingkungan sekitar.

Menurut dia, ada kebersamaan peran antara orang tua, kepala sekolah dan guru di sekolah. “Ternyata pembelajaran yang kita berikan itu bukan tanggung jawab kepala sekolah saja tetapi juga orang tua dan guru. Belajar adalah bagaimana menciptakan pengalaman bermakna bagi peserta didik untuk dapat menimba ilmu,” jelasnya.

Untuk menciptakan pengalaman bermakna kepada anak, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, menciptakan ekosistem untuk mau belajar. Kedua, menciptakan pengalaman yang kontekstual, ketiga, menciptakan rasa keingintahuan yang besar (curiousity). (*)