Tujuh Desa Wisata Dipersiapkan Sambut Kunjungan 4.000 Tamu

Tujuh Desa Wisata Dipersiapkan Sambut Kunjungan 4.000 Tamu

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Jana Dharma Indonesia (LSPP JDI) mempersiapkan tujuh desa wisata penyangga otorita Borobudur untuk menyambut kunjungan tamu.

“Desa wisata penyangga otorita Borobudur dipersiapkan untuk menyambut 4.000 lebih pengunjung dari YIA dan tol yang melintasi Purworejo. Belum termasuk penumpang KAI. Masak iya dari 4.000 orang yang melintasi Purworejo tidak ada yang mampir ke desa wisata penyangga otorita Borobudur," ujar Indah Juanita, Direktur Utama BPOB, Kamis (2/6/2022).

Menurut dia, pengelola desa wisata diberikan pelatihan dan pendampingan. Materi pelatihan meliputi bidang SDM, keuangan, operasional dan pemasaran.

Ketujuh desa tersebut adalah Pagerharjo, Gerbosari, Benowo di Kabupaten Kulonprogo, Desa Ngargoretno, Salaman Kabupaten Magelang serta Desa Pandanrejo, Desa Benowo dan Desa Sedayu Kabupaten Purworejo.

Desa-desa itu dipersiapkan menjadi travel package (paket wisata) dan sangat penting karena bisa membantu peningkatkan kualitas pariwisata di sekitar Borobudur Highland.

 

 

 

Kegiatan yang diikuti 20 orang peserta dari masing-masing desa wisata itu berlangsung lima hari. Pembukaan dilaksanakan 4 April 2022 di Balai Desa Pagerharjo Kabupaten Kulonprogo.

Rangkaian kegiatan pelatihan ditutup 2 Juni 2022 di Andjangsifa Desa Pandanrejo Kabupaten Purworejo.

Tampak hadir Direktur Corporate Lembaga Sertifikasi Jana Dharma Indonesia, Hairullah Gazali serta Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan, Bisma Jatmika.

Indah Juanita mengatakan pihaknya akan terus memberikan bimbingan kepada desa wisata. "Tugas kami melatih 30 kabupaten dan kota se-Jateng dan DIY, sekarang sudah tiga kabupaten walaupun belum semua," jelasnya.

Setelah pelatihan tujuh desa wisata itu, pihaknya akan beralih ke kabupaten lain. "Kegiatan kepariwisataan harus bersama-sama tidak sekotak-kotak, harus sambung menyambung. Inovasi pelatihan untuk peningkatan kapasitas, Melatih gampang namun untuk bertahan hidup berkelanjutan, itu sulit," tambahnya.

Ke depan dia dan tim akan melakukan monitoring ke desa wisata binaan. Jangan sampai semangatnya mentiyung (roboh).

"Dalam monitoring akan terlihat apa mereka sudah melakukan yang sudah dilatih. Kami melatih agar standar operasional prosedur (SOP) selalu diterapkan, kami melatih untuk menjadi kebiasaan," sebutnya.

Menurut Indah, pelaku desa wisata perlu berusaha melakukan pemasaran agar tamu selalu ada.

"Kami juga akan melakukan promosi untuk mengundang tamu, namun pelaku desa wisata wajib juga melakukan promosi secara internal," ujarnya.

 Bisma Jatmika menyatakan tujuan monitoring agar desa-desa di sekitar otorita Borobudur tidak hanya jadi penonton, tetapi turut merasakan dampak positif dari Borobudur Highland.

"Kita harus belajar dari Pulau Dewata (Bali) di mana Nusa Dua sejak tahun 70 hingga saat ini mampu menjadi wisata dunia," ujar Bisma. (*)