Tunggu Perijinan, Little Tokyo Siap Dibuka

Tunggu Perijinan, Little Tokyo Siap Dibuka

KORANBERNAS.ID,BANTUL--Pemerintah Kalurahan Muntuk Dlingo Bantul diwakili Lurah Marsudi menandatangani nota kesepahaman (MoU)  dengan manajemen Little Tokyo (Litto) yang diwakili owner Winarno di lokasi Litto Padukuhan Gunungcilik, Muntuk, Senin (4/10/2021) sore. Penandatanganan ini disaksikan semua unsur Lembaga kemasyarakat di Kalurahan Muntuk, Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kabupaten Bantul Waljito SH dan pihak kepolisian.

Nota kesepahaman ini  merupakan hasil musyawarah dan kesepakatan seluruh masyarakat Muntuk yang diwakili oleh Lembaga kemasyarakat kalurahan, dan terdiri 9 poin.

“Hari ini kami kami mencapai kesepakatan dan kesepahaman. Ini bukan deklarasi, tapi MoU sekaligus meluruskan kesalahpahaman di masyarakat,”kata Lurah Marsudi kepada koranbernas.id di lokasi.

Dalam kerjasama tersebut akan ada pemberdayaan masyarakat yang melibatkan kelembagaan di Kalurahan dan seluruh elemen masyarakat. Termasuk tenaga ahli dari Kalurahan Muntuk yang mampu dan sesuai kebutuhan perusahaan, tenaga non skill serta bidang jasa lainnya.

Pengelola juga melakukan pendampingan kepada masyarakat yang meliputi pelestarian kebudayaan  sampai atraksi  seni budaya, olahraga dan pemberdayaan karang taruna. Kerjasama dengan BUMKal dalam pengadaan barang dan jasa sesuai  kapasitas dan kemampuan BUMkal dilakukan.

Selain itu menjaga kelestarian alam dalam pengelolaan air bersih dan limbah. Juga ikut serta dalam usaha merevitalisasi alam untuk menjaga keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan. Pengelola pun menjamin CSR perusahana tidak keluar dari Kalurahan Muntuk dan melibatkan pemerintah Kalurahan dalam segala pembahasan.

Little Tokyo mendukung status desa budaya di Kalurahan Muntuk dengan melibatkan Linmas, FKPM, FPRB sesuai dengan kapasitas dan fungsinya. Pengela berusaha memberikan kontribusi ke Padukuhan Gunung Cilik dan PAD ke Kalurahan Muntuk.

“Kalau terkait perijinan bukan menjadi kewenangan pemerintah Kalurahan,” tambahnya.

Sementara Winarno mengatakan MoU  berupa kesepakatan tersebut adalah niatan  Litto yang tidak tertulis yang kemudian dituangkan dalam tulisan.  Sejak datang mereka membawa komitmen dan bawa mimpi sebuah pemberdayaan sehingga Litto menjadi prototipe.

“Seperti  inilah investasi  di Bantul yakni investasi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar, taat terhadap peraturan dalam hal ini pembayaran pajak, taat terhadap isu ekologi, isu kerawanan kegempaan, isu sosial maupun isu lingkungan. Ketika memang ada hal yang kurang tentu akan terus kami perbaiki,” katanya.

Terkait perijinan, menurut Winarno  mereka mengurus. Sebab tidak mungkin membangun tempat sebesar dan seluas Litto tidak mengurus perijinan. Sebagai bentuk ketaatan terhadap aturan, Litto belum akan buka dan menerima tamu ketika semua ijin tersebut  belum lengkap atau komplit.

“Kalau ijin belum lengkap,memang iya. Namun kami sedang dalam proses ijin secara  keseluruhan,” katanya.

Untuk dukungan masyarakat sekitar, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan 80 KK di RT 05, maupun RT 6,7 dan 8 yang tidak terkait langsung pada Sabtu (2/10/2021) malam. Kesepahaman itulah yang kemudian dituangkan dalam MoU.

Waljito menambahkan setiap kali ada investasi, maka kemudian kebijakan-kebijakan yang diambil , apapun itu harus  berbasis pada pengurangan resiko bencana.

“Aspek ini harus diperhatikan, mengingat Bantul adalah daerah rawan bencana,” paparnya.

Destinasi Wisata Bergaya Jepang

Public Relations Litto, Nobertha Shinta mengatakan Litto menghadirkan  hamparan hijau pepohonan serta gugusan bukit dan pemandangan yang menyegarkan mata. Kawasan wisata alam dengan ketinggian 380 mdpl ini merupakan restoran dan resort bergaya Jepang  yang ini dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektar.

Litto dikelilingi berbagai macam destinasi wisata seperti Puncak Becici, Hutan Pinus, Kebun Buah Mangunan, dan desa wisata kerajinan bambu dengan pemandangan Gunung Sumbing, Gunung Merapi, serta batas cakrawala dari Pantai Samas.

“Sensasi dingin berkabut di pagi hari dan pemandangan matahari terbenam pada sore hari akan menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke  Litto,” jelasnya.

 Kawasan wisata terintegrasi Litto selain dilengkapi dengan restoran indoor dan outdoor, juga akan ditambah dengan fasilitas akomodasi  untuk menginap sebanyak 18 kamar, 10 bungalow, serta kolam renang air  hangat pertama di Yogyakarta.

Litto juga mendukung perajin, seniman, dan komunitas lokal untuk dapat terus  berekspresi serta berkarya walaupun di masa pandemi. Hadirnya Litto sebagai destinasi wisata, diharapkan bisa memberi dampak positif bagi Kabupaten Bantul dan kebaikan bagi warga sekitar Gunungcilik Muntuk Dlingo, serta memberi kesejahteraan yang berkelanjutan bagi orang banyak.

“Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, Litto memberdayakan  masyarakat Muntuk  mulai proses pembangunan sampai dengan tim operasionalnya. Kedepannya secara bertahap, Litto akan menambah sejumlah atraksi wisata bekerja sama dengan BUMD dan stakeholder terkait,” jelasnya.(*)