Tuntut Anak Raih Rangking adalah Siksaan

Tuntut Anak Raih Rangking adalah Siksaan

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Bantul mengadakan diskusi parenting atau pengasuhan oleh orang tua di Waroeng Omah Sawah (WOS) Sewon Bantul, Sabtu (4/1/2020).

Acara bertema Tantangan Mendidik Anak di Era Digital  kali ini dihadiri narasumber di antaranya Willy Pramudya seorang pegiat literasi dan pengelola pendidikan alternatif beserta anaknya Michael Ernesto seorang penulis buku berusia usia 9 tahun yang juga mencipta 8 lagu. Semua berbahasa Inggris kendati tidak bersekolah di lembaga pendidikan formal.

Dalam urainya Willy mengatakan orang tua tidak boleh menekan anak harus cerdas secara akademik, anak harus mendapat rangking di dalam dia menempuh pendidikan. “Menuntut anak mendapat rangking itu adalah sebuah siksaan,” katanya.

Orang tua tidak boleh melakukan itu namun mampu mendeteksi, membuka potensi serta bakat anak untuk kemudian memberi ruang agar berkembang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan National Association of College terhadap 457 pimpinan perusahaan ternama, untuk mengetahui apa saja yang dikehendaki dari karyawan yang akan mereka terima bekerja, dari 20 parameter ternyata kecerdasan atau IQ hanya menempati urutan 17. “Jadi kecerdasan akademik atau IQ bukan yang utama yang dibutuhkan dalam dunia kerja ini,” kata Willy.

Namun yang menduduki posisi pertama adalah kemampuan komunikasi disusul kejujuran atau integritas, kemampuan kerja sama, kemampuan interpersonal, etos kerja, motivasi dan soft skill lain.

“Jadi bukan hanya IQ saja, namun bagaimana orang tua juga mampu mengembangkan EQ atau kecerdasan emosi serta  SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual,” katanya.

Tidak boleh orang tua yang mendapati anaknya tidak memiliki kecerdasan akademik kemudian mengatakan anaknya bodoh. “Tidak ada anak yang bodoh, namun yang diperlukan kita harus peka untuk melihat potensi anak dan memberi ruang serta mendorong untuk berkembang,” katanya.

Hal itu telah dibuktikan kepada anaknya, yang memang tidak mau bersekolah di sekolah formal serta tidak mau belajar, pengalaman yang sama juga dirasakan teman-temannya satu komunitas.

Kemudian Willy melihat anaknya memiliki minat kepada bahasa Inggris setelah diperhatikan sejak kecil suka melihat TV berbahaya Inggris, suka musik dan juga menulis serta membaca. Itulah kemudian yang diarahkan untuk dikembangkan pada Michael.

Anak dari rekannya satu komunitas, ada yang  tidak mau bersekolah akademik, namun bisa berkembang menjadi penulis buku dan ilustrator andal serta ada juga yang piawai bermain musik dan merambah industri musik profesional.

“Kami tidak antisekolah formal, namun ketika ada anak yang tidak mau bersekolah di sekolah formal,  kami ada formula atau alternatif pendidikan lain. Itu sudah kami praktikkan di Cirebon dan kami sedang diskusikan untuk dikembangkan di DIY ini bersama teman-teman,” katanya.

Berprestasi

Berdasarkan pengalaman di Cirebon, ternyata anak yang dianggap tidak pandai di bidang akademik, mampu berkembang di bidang lain dan berpestasi.

“Nantinya pendidikan ini juga bisa dikombinasikan dengan pendidikan formal. Jadi selain pendidikan di sekolah, orang tua juga mengembangkan bakat dan minat anak secara maksimal di luar jam sekolah,” katanya.

Michael dalam kesempatan tersebut menunjukkan kemampuan dia berkomunikasi dengan fasih menggunakan bahasa Inggris. Dia juga menyanyikan lagu berbahasa Inggris  yang dia  ciptakan serta membacakan buku pengalaman yang ditulis dalam buku dan sudah diterbitkan 2 judul buku.

Michael memang tidak suka ke mal dan sebangsanya namun lebih suka ke taman pintar, perpustakaan ataupun museum. “Jadi yang diangkat pada seorang anak  selain bakat, minat dan potensi, juga karakternya. Ini harus didorong,” katanya.

Dra Umi Kulsum selaku panitia acara mengatakan kegiatan tersebut digelar dalam rangka menambah wawasan orang tua dalam pendidikan dan pengasuhan anak.

Selain itu, juga untuk lebih mendekatkan antara orang tua atau wali siswa satu dengan lain untuk bersama-sama kita membangun pendidikan yang berkualitas bagi putra-putri dan siswa didik. (sol)