Ujung Tombak Pembinaan IKM, Penyuluh Dipandang Sebelah Mata

Ujung Tombak Pembinaan IKM, Penyuluh Dipandang Sebelah Mata

KORANBERNAS.ID—Keberadaan tenaga-tenaga penyuluh perindustrian, sejauh ini menjadi ujung tombak pembinaan dan pendampingan bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM). Namun demikian, mereka masih dipandang sebelah mata oleh banyak pihak, termasuk oleh pejabat di struktural.

Hal ini mengemuka dalam Pertemuan Forum Pejabat Fungsional Perindustrian dan Perdagangan (PFPP), Rabu (27/11/2019). Pertemuan ini, dbuka oleh Kepala Dinas Perindag DIY, Ir Aris Riyanta M.Si, dihadiri oleh para penyuluh dari DIY. Ikut hadir memberikan pandangan, Pejabat Fungsional Asesor Manajemen Mutu Industri, Eddy Siswanto.

Eddy mengatakan, Yogyakarta memiliki potensi besar untuk pengembangan IKM di berbagai bidang. Dibandingkan dengan daerah-daerah lain, DIY memiliki peluang untuk lebih mendorong pengembangan IKM dan memperkuat serta memperluas jaringan pasar.

Pengembangan bandara baru di Kulonprogo, serta dibangunnya berbagai infrastruktur, akan mengoptimalkan konektivitas dan akan memacu IKM di DIY makin maju.

Eddy mengakui, pembinaan dan pendampingan IKM bukanlah pekerjaan yang mudah dan ringan. Para pelaku usaha kecil, masih jarang yang memiliki keinginan besar untuk maju dan mengembangkan diri. Mereka cepat puas dengan apa yang sudah diraih sekarang.

“Tapi Jogja saya lihat tidak demikian. Jogja sudah jauh lebih maju. Nah peran dari kawan-kawan penyuluh saya kira menjadi sangat penting. Agar IKM yang sudah lebih maju ini, lebih bisa dioptimalkan. Pasar ekspor maupun domestik semakin terbuka. Bagaimana kita bisa membuat road map dan memetakan persoalan riil, kemudian mencarikan solusi yang terbaik agar kita bisa selalu berinovasi, menciptakan apa yang diamui pasar, bukan apa yang ingin kita ciptakan. Kita intervensi sejauh kita mampu. Kalau kawan-kawan di daerah ada kendala, bisa komunikasi dengan pusat,” kata Eddy yang juga mantan Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian RI ini.

Koordinator Penyuluh DIY, Rendro Prasetyo mengatakan, DIY saat ini memiliki 13 penyuluh yang tersebar di Kulonprogo, Sleman, di provinsi dan di Bantul. Sedangkan untuk Gunungkidul dan Kota Yogyakarta, belum memiliki petugas penyuluh. Kondisi ini, kata Rendro, sudah tentu menjadi kendala tersendiri dalam kaitan dengan upaya pembinaan dan pengembangan IKM di DIY yang populasinya begitu besar.

“Selain kami, masih ada beberapa calon penyuluh. Nantinya kalau sudah dilantik semua, akan ada 24 petugas penyuluh yang diharapkan akan dapat mengoptimalkan pendampingan,” katanya.

Selain keterbatasan personel, sebagai petugas garda depan yang bersentuhan langsung dengan para pelaku usaha, penyuluh sejauh ini masih mnghadapi banyak kendala. Diantaranya keterbatasan sarana dan prasarana kerja, ruang kerja khusus, hingga kendaraan dinas.

Hal yang sama, diungkapkan penyuluh dari Kulonprogo, Anang. Dia mengatakan, anggaran untuk pembinaan dan pendampingan IKM pun, sejauh ini masih sangat minim jauh dari mencukupi. Dia mencontohkan, dana untuk pembinaan dan pendampingan IKM sebesar Rp 60 juta setahun, jauh lebih kecil ketimbang anggaran perjalanan dinas pejabat struktural.

“Ya istilahnya peran dan keberadaan kami masih dipandang sebelah mata. Sejujurnya, kami sangat membutuhkan perhatian dari dinas, agar bisa bkerja lebih maksimal ke depannya,” kata Rendro.

Memberikan sambutan saat pembukaan, Aris Riyanta mengatakan, ke depan akan terus mendorong optimalnya peran dan fungsi petugas penyuluh di lapangan. Dia berharap, industri kecil dan menengah di DIY akan lebih berkembang dan maju, sehingga berkontribusi besar dalam menggerakkan perekonomian. (SM)