UNNES Sosialisasikan Pupuk Kandang Organik

UNNES Sosialisasikan Pupuk Kandang Organik

UNNES Sosialisasikan Pupuk Kandang Organik

KORANBERNAS.ID -- Disadari atau tidak urine kambing memiliki manfaat yang luar biasa bagi petani dan warga pada umumnya. Pasalnya, urine kambing atau lebih familiar disebut  air kencing kambing bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang berkualitas dan memiliki nilai ekonomi. Sayangnya, banyak peternak kambing belum mengetahui hal itu. Dengan tujuan hanya untuk menghilangkan bau menyengat dari dalam kandang, para peternak memilih membuang begitu saja limbah kambing miliknya.

Seperti di Desa Boto Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten misalnya. Di desa itu mayoritas warga berprofesi sebagai petani dan peternak. Selama ini para peternak yang umumnya kambing dan bebek tidak tahu akan manfaat urine kambing.

Padahal urine kambing memiliki kandungan nutrisi unsur hara bagi tanaman yang cukup tinggi. Kandungan tersebut berupa air dan bahan mineral Kalium, Nitrogen dan Fosfo.

Dilatarbelakangi permasalahan tersebut, tim pengabdian masyarakat Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengadakan sosialisasi pemanfaatan urine kambing menjadi pupuk organik cair di Desa Boto Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Pemilihan Desa Boto Kecamatan Wonosari sebagai tempat sosialisasi dikarenakan ada beberapa mahasiswa Unnes yang sedang menjalankan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata).

Sosialisasi yang dilakukan tim pengabdian masyarakat Unnes yang terdiri dari Dwiyanti Fera, Nugroho Budi Santosa dan Ranu Baskoro Aji Putra, S.Pd, M.Pd di rumah Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki Desa Boto, Suyamto itu juga dihadiri petani, pengurus dan anggota kelompok tani dan tokoh masyarakat itu bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat melalui pengolahan pupuk organik sebagai pupuk untuk tanaman pad.

Selain itu, untuk meningkatkan jumlah petani dalam pengolahan limbah ternak kambing untuk dijadikan pupuk, meningkatkan jumlah pengguna pupuk organik dan pupuk alternatif dalam upaya mengurangi penggunaan pupuk kimia dan dimasa mendatang diharapkan setiap warga dapat memahami pengelolaan limbah yang sederhana, efektif dan efisien untuk dihasilkan produk pupuk organik yang bermutu baik.

Sosialisasi yang berlangsung dua kali itu disambut antusias warga. Sebab sistemnya dilakukan dengan penyuluhan dan pelatihan pembuatan pupuk organik cair dengan bahan yang digunakan meliputi urine kambing, terasi, molases/tetes tebu, jerigen, masker, sarung tangan dan EM4 (larutan mikro organisme lokal) yang mengandung unsur hara mikro dan makro serta bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman.

Cara pembuatannya, urine kambing sebanyak 2,5 liter diletakkan dalam jerigen ukuran 5 liter. Kemudian EM4 dan molases dicampur terlebih dahulu yang masing-masing berisi setengah gelas air aqua dan selanjutnya dimasukkan ke dalam jerigen yang didalamnya sudah ada urine kambing. Setelah itu terasi sebanyak 50 gram dimasukkan jerigen dan dikocok. Molases dan terasi merupakan sumber makanan bagi bakteri. Larutan tersebut kemudian difermentasi lebih kurang 7 hingga 8 hari.

Setelah semua bahan dicampur dan difermentasi, tutup jerigen dibuka setiap pagi untuk mengeluarkan gas akibat adanya aktivitas di dalam jerigen. Proses fermentasi dinyatakan selesai dengan ditandai tidak adanya bau atau hilangnya bau menyengat dari urine kambing.

Kepala Desa Boto Kecamatan Wonosari, Sri Rejeki mengapresiasi kegiatan yang dilakukan tim pengabdian masyarakat Unnes dan mahasiswa KKN Unnes di wilayahnya.

"Kegiatan dan program mereka sangat membantu pemerintah desa. Tidak ada dukanya bagi kami. Yang ada sukanya," terang Sri Rejeki yang dilantik sebagai Kades Boto pada 16 Mei 2019 lalu.

Sri Rejeki menambahkan meski hanya berlangsung selama 45 hari di wilayahnya, mahasiswa KKN Unnes telah banyak berkiprah melalui program penghijauan, pembuatan pupuk organik cair dari urine kambing, pengecatan, posyandu dan lain sebagainya. (yve)